Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 55]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 55: Pacar Terbaik Sedunia


Itu saat musim hujan 10 tahun yang lalu. Di hari itu, awan berwarna semen melanjutkan hujan deras dari atas.


Aku dengan diriku sendiri sedang berjalan pulang dari sekolah, dengan payung di tanganku. Aku mendengar tangisan kesepian, jadi aku membalikkan kepalaku ke arah suara itu.


"Kucing..."


Ada kotak kardus yang ditinggalkan sembarangan. Dan di dalamnya ada sebuah anak kucing yang kecil, dan putih. Aku menemukan diriku sendiri tertarik dengan kotak itu, kata-kata 'kucing liar' muncul di kepalaku. Kotak itu basah kuyup, dengan alasan minta maaf handuk diletakkan di dalamnya. Ada payung pink menggantung pada kucing itu, seolah-olah itu adalah tindakan belas kasih terakhir karena meninggalkannya.


Melihat anak kucing ini didepanku, aku merasa sensasi keadilan mengalir di dalamku. Aku akan membawa anak kucing ini ke rumah untuk sementara waktu, tapi apa yang harus kuberitahu pada ibu setelah ini?


"Jika kau melihat seseorang yang dalam masalah, kau harus membantu mereka."


Kata-kata yang selalu ibuku ucapkan muncul di kepalaku. Anak kucing ini dalam masalah. Dan karena itu, aku harus membantunya. Dan meskipun ini bukan manusia, itu harusnya tidak apa-apa.


Aku mengulurkan tanganku, saat pikiran sederhana dan kenak-kanakan itu beredar di dalam kepalaku. 


"Huh...?"


Aku memiringkan kepalaku saat telapak tanganku menggenggam anak kucing itu. Bahkan dengan sebuah payung menutupinya, itu basah sampai penuh dan  menggigil. Itu pasti sudah ditinggalkan di hujan untuk waktu yang lama. Dengan secara bertahap lebih keras mengeong dari anak kucing mengganggu aku berpikir. Aku memberikan senyuman kaku padanya, untuk menenangkan mata cemas itu.


"Itu akan baik-baik saja."


Aku menaruh payungku diantara leher dan bahuku saat aku memegang anak kucing itu. Itu lebih kecil dan muda daripada aku. Itu sangat ringan dan gemetaran, di puncak aku ketakutan mungkin dia akan mati. Aku harus menghangatkannya dengan apapun. Aku menaruh anak kucing itu dekat dengan dadaku dan aku berlari lebih cepat ke rumah.


Di masa depan, aku akan bertemu gadis yang akan menjadi satu-satunya temanku beberapa waktu akan terlewat dan kami akan berjalan bersebelahan di hari hujan seperti ini. Gadis itu memiliki payung pink di tangannya, saat sensasi aneh akan membanjiriku. Kupikir aku tidak akan pernah mengerti apa artinya.


***


Aku kakak kelas, Tohru Yonekura, dan aku punya teman masa kecil di kelas yang sama denganku. Rin Asakura punya nilia yang bagus dan cukup bagus dalam atlet. Dia adalah definisi hidup dari murid teladan yang cantik.


"Kenapa kamu menatapku, itu sangat menjijikan."


Itu adalah Sabtu ketiga di bulan April. Aku bergandengan tangan dengan Rin, saat bahuku melompat mendengar kata-kata kasar yang dia keluarkan.


"A-Aku tidak menatap..."


"Tapi bukankah kamu melihatku sekilas?"


"..."


"Aku akan menganggap keheningan yang memekakkan telinga mu sebagai iya?"


"'Keheningan yang memekakkan telinga'. Tentu kedenganrannya seperti gerakan keren yang biasa dipakai di cerita fantasy."


"Tolong jangan ubah topiknya."


"Maaf, maaf... Ya, aku melihat sekilas."


Aku bisa merasakan tangan Rin menekanku saat aku mengucapkan permintaan maafku.. Yah, itu tidak seperti aku tidak tulus, aku ingin pengampunannya.


Kesampingkan biasku, Rin sungguh gadis yang cantik. Kulitnya transparan seperti danau di hutan dan wajahnya sangat selaras. Pupilnya yang kecil setajam pisau, mampu menyihir siapapun yang berani menatapnya, saat para korban tak berdaya itu tersedot dengan putus asa kedalam pesona misterius mereka. Tubuhnya ramping, dimana itu membuat dadanya membuncit. Panjangnya, hitam legam bergoyang ke sana kemari di angin bulan April.


Itu Rin, lambang kecantikan Jepang, definisi yang sangat bermartabat, sopan dan tepat.


Seperti semut mengumpulkan gula, apa yang harus kulakukan saat aku terjerat oleh tampilan mempesona itu. Tidak sungguh, memangnya ada pilihan lain?


"Tidak apa-apa, kamu bisa melihat sepuasmu."


"Huh?"


Rin membalikkan wajahnya saat dia mengatakan itu. Telinganya berubah menjadi merah, mungkin bukan karena matahari musim semi.


Rin memberikan tanganku remasan sedang.


"...Kencan."


Aku merasa dadaku mulai mendidih didalamku, mendengar kata-kata yang meyakinkan itu dari mulutnya.


Yap, Rin yang punya nilai bagus itu, cukup bagus dalam atlet dan definisi hidup dari murid teladan yang cantik itu adalah pacarku. Kami telah menahan perasaan ini selama 10 tahun, tapi itu hanya dua minggu yang lalu untuk perasaan kita berkembang lebih jauh. Sejujurnya, itu tidak mengejutkanku sama sekali. Untuk waktu yang lama, keinginanku tidak pernah membuahkan hasil, jadi sekarang karena mereka telah terpenuhi, indraku belum bisa mengikuti sama sekali.


Yah, aku telah mengenal Rin sejak SD, itu tidak seperti hal-hal berubah drastis sejak kami berkencan. Sekarang, kami pergi berkencan, jari-jari kami secara alami terjalin, berbagi kehangatan satu sama lain. Ini adalah bukti nyata dari hubungan kami.


Aku merasakan sensasi dari cinta dan kebahagiaan setiap kali aku bersama Rin, begitu banyak sampai aku membiarkan kelima panca indra ku menyerap semuanya. Aku sungguh tidak bisa menjelaskan dalam kata-kata bagaimana perasaanku. Terlepas dari itu, aku benar-benar senang bahwa aku bisa berkencan dengan Rin.


Memikirkan tentang semua ini, aku merasakan dorongan yang tiba-tiba untuk memeluknya.


"Hmm, kupikir aku merasakan sesuatu yang mesum di sekitar sini."


"Dimana dia? Aku akan membawanya keluar sekarang."


Aku tidak akan membiarkan siapun mengganggu kencan kami.


"Kau tahu, itu adalah orang yang berpegangan tangan denganku."


"Kau sungguh berpikir aku punya pikiran kotor didalam kepalaku?"


"Apa kau punya?"


"Yah, aku ingin memelukmu... jadi kurasa."


Di masa lalu, Rin akan bernafas berat, menatapku dengan cemoohan dan meludahkan racun ke arahku.


"Bagaimana kalau kita pergi... ke suatu tempat yang tidak ada seorangpun bisa melihat kita."


Mengatakn itu, wajah megah itu berubah menjadi malu. Aku tidak pernah mendengar kata-kata itu ataupun melihat reaksi itu sejak kami mulai berkencan. Aku merasa kepalaku terbakar, saat suhu internalku naik.


"Hey, jangan biarkan kata-kata ku menggantung begitu saja, ini memalukan, kau tahu."


"B-Benar, maaf."


Suara kasar Rin membuatku kesadaranku kembali. Aku mencoba menenangkan detakan jantungku saat aku membuka mulutku.


"Maaf tentang itu, aku hanya menikmati diriku sendiri di Air Mancur Kegembiraan."


"Yah tentu saja. Kamu pergi bersamaku. Kencan apapun denganku seharusnya membuatmu bahagia."


"Ahh, itu sangat memalukan untuk didengar, setidaknya kau bisa untuk menjadi halus."


"Yah, kamu sendiri yang memulainya."


Rin mengeluarkan senyum yang nakal.


"Untuk hukumanmu, kamu harus menghabiskan seharian bersamaku dan bersenag-senang."


Mengeluarkan kata-kata itu, Rin menaruh senyum yang lembut. Saat pikiranku kembali padaku, aku mengekspresikan kebahagiaanku pada kencan hari ini.


"Tentu saja, aku sepenuh hati mendedikasikan diriku pada kencan ini untuk mendapatkan pengampunanmu."


"Haha, wajib sekali."


Hari ini adalah kencan pertama kami, aku tidak punya keraguan bahwa hari ini adalah hari yang akan menjadi hari yang luar biasa.