Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 47]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 47: Aku Akan Mendukungmu


[POV Rin]


Mimpi Tohru-kun untuk menjadi seorang author ketika dia besar nanti, melihat tekadnya ketika dia mengatakan bahwa dia ingin menjadi seperti Maple Satou membuatku terdiam dengan rasa kagum.

Aku tidak memiliki sifat penebusan sama sekali. Meskipun Tohru-kun mencoba menyangkalnya, aku tahu dia salah. Aku tidak seperti Tohru-kun, aku tidak punya mimpi apapun untuk diriku sendiri. Tohru-kun sangat mempesona, saat itu aku memutuskan bahwa aku akan melakukan apapun yang kubisa untuk membantunya mencapai impiannya. Apakah ada yang bisa kulakukan? Aku tenggelam dalam pikiran ketika sesuatu melintas dalam pikiranku.

"Ini..."

Ya, aku berkedip terlalu berlebihan. Tapi aku berakhir dengan memberikan Tohru-kun hadiah. Sebuah pesona yang bertuliskan "Realization of a Dream". Memegang pesona ini akan membuat mimpi apapun menjadi nyata. Ini akan menjadi tanda terima kasih atas pesona yang telah dia berikan padaku.

"Terima kasih banyak! Itu membuatku sangat senang!"

Tohru-kun terlihat sangat gembira, dan aku menghela nafas lega. Melihatnya yang begitu polos dan bahagia membuat hatiku terasa hangat dan berkabut. Dan di saat yang bersamaan, aku juga merasakan semacam ketidaksabaran. Tohru-kun bekerja keras setiap hari, menjadi seorang author bukanlah prestasi kecil. Itu benar-benar luar biasa. Dibandingkan denganku, aku tidak punya mimpi apa-apa. Setiap hari selalu dilewati dengan santai, aku sadar bahwa aku tidak bisa melakukan hal itu lagi.

"Aku juga akan melakukan yang terbaik."

Aku ingin sesuatu untuk diperjuangkan juga, semacam dorongan untuk masa depan. Aku dengan bangga mengatakan itu, sambil membusungkan dadaku. Aku membulatkan tekadku. Aku bersumpah untuk mengubah jalanku menjadi lebih baik. Saat hari berikutnya datang dan pergi, aku mengganti mangaku yang biasa kubaca dengan buku teks. Setiap hari, aku hanya akan melihat angka dan karakter, dan menaruh usaha terbaikku sama seperti Tohru-kun.

***

Aku mencintai Tohru-kun. Itu tidak terlalu lama bagiku untuk menyadarinya. Sekitar kelas 3 atau 4, perasaan itu mulai bangkit. Namun, aku tidak bisa menaruh pikiranku kepada kata-kataku. Maksudku, lagipula itu memalukan. Aku khawatir tentang apa yang akan dikatakan Tohru-kun tentangku. Bahkan lebih dari itu, aku tidak ingin mengganggu hubungan kami saat ini.

Nilaiku sudah berkembang secara signifikan, jadi ibu dan guruku mulai memujiku. Itu semua berkat Tohru-kun. Tapi itu tidak cukup. Harga diriku sudah sangat rendah terlalu lama, hatiku tetap mengatakan bahwa aku masih belum cukup baik. Masih ada banyak hal yang bisa aku berikan namun belum kuberikan. Tidak hanya dalam hal nilai, aku juga menaruh lebih banyak usaha dalam olahraga, musik dan seni. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang membuat Tohru-kun malu untuk berdiri di sampingnya. Itulah yang kuputuskan.

"Kupikir aku akan mengupload cerita di internet!"
[TL: Yang dia maksud cerita yang dia tulis.]

Itu musim gugur di tahun kedua kami di SMP. Saat itu sore hari di hari libur kami ketika Tohru-kun tiba-tiba mengatakan itu. Aku menemukan bahwa Syosetu adalah sebuah situs dimana kau bisa mengupload ceritamu sendiri.

"Ketika kau sudah mulai menulis, tolong beritahu aku, oke?"

Novel apapun yang Tohru-kun tulis, aku sudah membacanya. Kami mempunyai hubungan ini sudah lima tahun lamanya, jika dia mengupload ceritanya di internet, maka aku akan membacanya juga. Namun....

"Ketika aku memulainya, aku tidak ingin kau membaca novelku untuk sementara waktu."

Huh...? Aku terkejut, tapi Tohru-kun menjelaskannya sendiri dengan canggung. Dia bilang bahwa dia ingin menjadi pro, dan tidak ingin dimanjakan oleh diriku lagi. Dia ingin berdiri sendiri dan bertarung sendirian. Itulah mengapa dia ingin aku untuk menunggunya, jadi di masa depan, ketika dia akan menjadi populer dan dipublikasikan, aku akan menjadi orang pertama yang akan membaca ceritanya. Itulah yang dia beritahukan kepadaku.

"Baiklah... kalau begitu."

Jika itu yang diinginkan Tohru-kun, maka tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghentikannya. Akan terasa sangat kesepian jika aku tidak bisa membaca ceritanya, tapi aku akan menahannya untuk saat ini. Selain itu, aku juga merasa senang. Tohru-kun melakukan apapun untuk menjadi lebih baik untuk dirinya sendiri sebagai seorang author, untuk mencapai impiannya. Terlepas dari itu, dia mengatakan bahwa jika karyanya berhasil dipublikasikan, maka aku akan menjadi orang pertama yang membaca ceritanya. Jadi, aku akan menunggunya hingga hari itu tiba.

"Baiklah, aku akan menunggu sampai hari itu tiba dimana Tohru-kun menjadi seorang auhor!"

Meskipun aku tidak bisa membaca karyanya lagi, aku tetap ingin melakukan apapun yang kubisa untuk membantunya. Aku menaruh hati dan jiwaku ke dalam kata-kata itu.

***

"Bagaimana novelmu?"

Aku menanyakan Tohru-kun pertanyaan itu setelah beberapa saat setelah dia mulai memposting ceritanya secara online.

"Itu... berjalan dengan baik, kurasa...?"

Tohru-kun mulai berkedip dengan gila, Ah, jadi begitu...

Ketika Tohru-kun berkata seperti itu, maka itu artinya dia benar-benar bermaksud bahwa itu tidak berjalan dengan baik. Itu tidak terlihat seperti dia ingin membicaralan tentang hal itu. Jadi, aku memberinya satu kalimat sebagai penyemangat.

"Lakukanlag yang terbaik!"

Tapi aku merasa khawatir. Aku sangat khawatir sebenarnya, saat itu aku memutuskan untuk mengecek Syosetu sendiri. Disana tidak ada alasan khusus, tapi aku hanya ingin melihat apa yang Tohru-kun sudah tulis, dan aku ingin melihat apakah aku bisa membantu atau tidak. Emosi-emosi seperti itu yang berputar-putar di dalam diriku. Syosetu memiliki sekitar 500.000 cerita. Memikirkan itu, menemukan satu cerita di lautan luas seperti itu bagaikan jarum di tumpukan jerami.

Tapi, aku sudah membaca cerita Tohru-kun selama 5 tahun. Lebih dari siapapun, aku memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara penulisannya, cara dia mengembangkan ide-idenya dan seleranya dalam cerita. Itu sebabnya itu bukanlah masalah, aku percaya bahwa aku akan dapat menemukannya. Aku akan melihat-lihat situsnya untuk sementara waktu, dan mempelajari dasar-dasar situsnya.

"Baiklah..."

Pertama, dengan fungsi pencarian, aku mempersempitnya menjadi genre favorit Tohru-kun. Lalu aku mengurutkan berdasarkan update yang paling baru. Aku tahu Tohru-kun adalah seorang penulis yang sangat cepat, jadi aku mencari cerita yang diperbarui setiap hari. Karya yang diperbarui kemarin dan hari ini dalam genre tertentu adalah 236. Ada banyak judul yang melewati layarku, ketika aku membacanya satu per satu.

Dari semua karya yang dimulai sekitar waktu yang dimulainya Tohru-kun dan yang diperbarui setiap hari adalah 28. Aku khawatir bahwa aku mungkin sudah menghapus ceritanya dengan memfilter cerita yang tidak update setiap hari, tapi aku belum putus asa. Jika itu masalahnya, aku hanya akan menurunkan frekuensi updatenya. Dari sisa 28 karya, aku memindai ringkasannya, mencari gaya menulis Tohru-kun. Begitu banyak waktu sehingga tanggalnya berubah, tapi aku berhasil menemukan cerita yang mirip dengan yang kucari. Lebih tepatnya, itu pada tingkat dimana aku yakin bahwa aku bisa mengatakan bahwa itu adalah ceritanya Tohru-kun.

Username author itu adalah "Kamino Tsuzuri".

Intuisiku menembak dengan sangat gila. Selama salah satu kelas studi sosial kami baru-baru ini, ada bagian di Adam Smith "Wealth of Nations" tentang konsep dari "Invisible Hand". Itu pada dasarnya adalah cara mengatakan bagaimana ekonomi pasar mengatur dirinya sendiri. Akhir-akhir ini, Tohru-kun sepertinya sangat menyukai kalimat itu. Yah, akhir-akhir ini, sepertinya Tohru-kun tertarik untuk mengucapkan frasa dengan banyak kanji dan katakana yang sulit dirangkai, yang khas untuk anak laki-laki seusianya. Tohru-kun mengembangkan jenis penyakit khusus yang terjadi selama tahun kedua SMP. Singkatnya, dia adalah chuunibyou.

Hmm, apakah dia menggunakan ensiklopedia?

Aku menulis di situs itu. Itu sepertinya penyakit yang normal yang terjadi pada anak laki-laki belakangan ini. Mereka cenderung mengucapkan banyak frasa keren yang sama sekali tidak mengandung makna. Yah terlepas dari itu, username terlihat cocok dengan apa yang Tohru-kun alami. Aku benar-benar ingin berpikir bahwa itu Tohru-kun...

Aku menguatkan diriku dan mulai membaca chapter pertama. Saat aku membaca kata-katanya, aku menjadi lebih dan lebih yakin lagi bahwa ini adalah tulisannya Tohru-kun. Susunan kata, ungkapan dan pengembangan, itu semua ada disana. Tidak diragukan lagi bahwa itu adalah karya Tohru-kun. Itu baru saja seminggu sejak aku membaca tulisan ini, tapi aku bisa merasakan rasa nostalgia yang mengalir dk dalam diriku. Karya yang sangat kusuka mulai menyebar di depan mataku.

Aku membaca sampai chapter terakhir dan membuka kolom komentar. Tidak ada apa-apa disana...

Hanya ada satu cara untuk memperbaiki hal ini. Aku tahu lebih dari siapapun bagaimana sulitnya proses dalam menulis cerita. Maksudku, aku sudah melihat Tohru-kun dengan sangat dekat selama bertahun-tahun. Dia telah melakukan begitu banyak pekerjaan namun tidak ada komentar sama sekali...

Itu mungkin sebab dari mengapa Tohru-kun terlihat sangat sedih. Itu seperti kotak putih yang melihat balik ke arahnya, yang memberikannya banyak rasa sakit. Sebelum aku mengetahuinya, aku mulai mengetik. Itu adalah pemikiranku yang sederhana namun jujur. Dan aku tetap menjaga kata-kataku agar tetap sederhana, karena jika aku mengetik semuanya isi pemikiranku, dia mungkin akan sadar bahwa jika orang itu adalah aku. Nada bicarakuku mungkin akan memberitahunya juga, jadi aku menggunakan kata-kata yang biasanya tidak kupakai.

"Ini adalah komentar pertamaku disini, tapi ini sangat menarik. Lakukan yang terbaik, terima kasih author!"

Saat aku mengirim komentarku, aku disambut dengan pop-up yang memberitahuku untuk memasukkan username.

"Username..."

Karena aku ingin berkomentar secepat mungkin, aku pun memasukkan username yang simple, yaitu "Nira". Aku menyerahkan itu pada imajinasiku untuk melihat seberapa aman username itu. Setelah mengirimkannya, aku tiba-tiba menerima balasan dari Toh- tidak, Tsuzuri-sensei.

"Terima kasih banyak atas komentarmu!!!!!!!!!!! Ini adalah komentar pertamaku!!!!!!!! Aku sangat senang, seperti, WOW!!!!!!!!!!!! Hanya saja, yah terima kasih banyak, ya, ya, terima kasih!!!!!!!!!!!!!!! Aku akan menunggu lebih banyak komentarmu di masa depan!!!!!!!!!!!!!!!"

Aku mulai tertawa dengan sangat gila saat membaca komentar lebaynya, seakan-akan aku bisa merasakan kesenangan yang datang dari layar. Tapi itu bagus, dari lubuk hatiku, aku merasa lega. Sejak saat itu, hubungan digital antara author online, Kamino Tsuzuri, dan sang pembaca, Nira, dimulai.

***

"Sekarang, karena aku telah melakukan ini, dimana aku ingin menjadi seorang author, maka aku harus lebih mahir dalam hal menggunakan teknologi, aku harus membangun kosakataku dan aku butuh pengalaman. Jika tidak, itu tidak akan cukup."

Itu adalah hari setelah aku memposting komentarku. Tohru-kun mulai berbicara padaku. Dia memberitahuku bahwa dia merasa seperti orang biasa dan dia tidak mengetahui tentang dunia luar. Dia tidak punya skill teknologi ataupun pengalaman, jadi dia butuh lebih banyak waktu untuk bisa menjadi seorang author. Setelah kelemahannya terungkap sepenuhnya, Tohru-kun memantaokan pikirannya dan mulai berbicara lagi.

"Aku akan menjadi seorang author, tidak peduli apa... tidak peduli seberapa lama, aku akan menjadi seorang auhor!"

Ah, aku sungguh kagum pada Tohru-kun. Meskipun kelemahannya terungkap di depan matanya sendiri, tapi dia tetap melawan mereka dan melanjutkan langkahnya dan terus tumbuh. Meskipun terlihat mudah, tapi aku tahu betapa susahnya itu. Dengan kekuatannya, dia akan, tidak, dia pasti akan...

"Kamu akan baik-baik saja."

Dengan penuh keyakian, aku memberitahunya.

"Kamu pasti akan bisa menjadi seorang author, aku jamin itu."

Aku selalu melihatnya, membaca karyanya, aku tahu Tohru-kun dan tanpa keraguan, dia pasti akan menjadi seorang author. Itu mungkin akan butuh waktu, tapi aku yakin bahwa dia bisa.

"Aku akan selalu ada disini untukmu."

Itu semua berkat Tohru-kun sehingga aku bisa melawan kelemahanku. Tohru-kun menyengatiku di sepanjang jalan ketika aku hanyalah sebuah cangkang kosong. Aku menjadi diriku yang sekarang karena dia.

Jadi, sekarang adalah giliranku. Aku akan selalu bersamanya. Meskipun itu tidak terlihat seperti itu, tapi Tohru-kun cukup rapuh. Dia akan sering mendapat penglihatan terowongan dan sering kehilangan pandangan dari segalanya saat dia fokus pada satu hal. Itu menakutkan ketika hal itu terjadi.

Tapi aku akan baik-baik saja karena aku akan selalu bersamanya. Untuk alasan apapun, ketika Tohru-kun mulai merasa hancur dan dia tidak bisa melihat apa pun yang ada di sekelilingnya, maka aku akan disana untuk mendukungnya. Sampai hari dimana impiannya menjadi kenyataan, aku akan mendukungnya selamanya dan selama apapun.

Dan bahkan setelah impiannya menjadi nyata, akan bagus jika kami bisa terus saling mendukung di sepanjang jalan.