Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Teman Masa Kecilku Yang Terimut Di Dunia [Chapter 46]

Forever And Always, My Childhood Friend Is The Cutest Girl In The World Bahasa Indonesia




Chapter 46: Mengapung dengan Jantung Berdebar


Setelah pertemuan awal kami di perpustakaan, aku mulai menghabiskan lebih banyak waktuku bersama Tohru-kun. Tohru-kun akan melanjutkan menulis ceritanya sementara aku akan terus membaca. Setiap hari selalu seperti itu. Menghabiskan hari-hari seperti itu, itu sangat menyenangkan. Sedikit demi sedikit, aku mulai memahami Tohru-kun. Dia bersinar layaknya mentari, dimana dia sangat jauh dariku, yang kurang percaya diri.


Suatu hari, aku memberitahu Tohru-kun tentang bagaimana aku merasa khawatir, bagaimana aku berbicara, dan bagaimana semua orang di kelasku berpikir seperti itu. Dan dia langsung membalasnya.


"Aku tidak berpikir bahwa itu buruk. Cara bicaramu cukup keren!"


Dia memotong kekhawatiranku dengan senyuman. Dia baik seperti biasanya. Mendengar kata-kata itu membuatku sangat bahagia.


"Terima kasih... banyak."


Aku bisa merasakan suaraku sangat bergetar.


Dan di hari lain, aku memberitahu Tohru-kun tentang bagaimana aku tidak bagus dalam hal belajar atau pun atletik sama sekali. Dan lagi, dia langsung membalasnya.


"Jangan katakan itu! Rin-chan, kau super imut, caramu berbicara sangat keren, dan kau selalu jujur, kau bukan orang yang tidak berguna!"


Lagi, dengan senyum lebarnya, Tohru-kun memotong kekhawatiranku. Meskipun dia tidak menyadarinya, tapi kata-katanya menyelamatkanku dari kegelapan. Dan lagi, aku sangat, sangat bahagia.


"Terima kasih... banyak."


Suaraku kembali bergetar.


Dan di hari berikutnya lagi, aku memberitahu Tohru-kun bahwa aku tidak punya teman di kelasku. Aku juga memberitahu Tohru-kun betapa menyenangkannya aku menghabiskan waktu bersamanya sepulang sekolah.


"Ka-kalau begitu, mari kita berteman."


Untuk beberapa alasan, ketenangannya yang biasa tidak tampak disana.


"Aku tidak... terlalu punya banyak teman di kelasku juga. Jadi aku akan sangat senang jika kau mau menjadi temanku, Rin-chan."


Tohru-kun melihatku, matanya berdebar dan dan pipinya memerah, ketika dia menanyakan itu padaku. Kenapa dadaku mulai terasa aneh lagi? Aku menjawabnya, mencoba yang terbaik untuk tidak membuat mulutku lepas.


"Ya, tentu saja."


Di hari itu, Tohru-kun dan aku menjadi teman.


***


Karena caraku berbicara berbeda dari orang lain, aku sering digoda. Mengingatnya kembali, itu terlihat lebih seperti dibully daripada digoda. Dia lain hari, aku dibully lagi, kali ini di dalam ruang kelas serbaguna. Mataku, caraku bicataku, nilai dan kemampuan atletikku yang buruk, semuanya. Teman sekelasku tetap membawa semua hal yang ingin aku lupakan, dan setiap kali mereka melakukannya, itu terasa seperti beban berat sedang ditaruh di dadaku. Dan pada akhirnya, aku mencapai titik kritis dan mulai menangis. Teman sekelasku meninggalkanku sendirian di kelas, karena puas dengan apa yang mereka lihat. Jadi, aku menangis sendirian. Hatiku dan tubuhku sama-sama membeku karena aku tidak mampu bergerak sedikitpun. Karena itulah, aku juga tidak pergi ke perpustakaan di hari itu. Di pikiranku, aku ingin meminta maaf pada Tohru-kun berkali-kali. Dan kemudian...


"Kenapa?"


Adegan ini mirip seperti manga shoujo yang kubaca akhir-akhir ini, dimana pangeran berkuda putih datang untuk menyelamatkan sang putri. Mungkin, inilah yang dirasakan oleh sang putri. Tohru-kun menemukanku. Air mata terus keluar karena aku masih butuh lebih banyak waktu untuk mengatur emosiku.


Tohru-kun lalu mendekatiku dan mulai membelai pipiku dengan lembut. Dia terus membelai wajahku tanpa berkata apapun saat aku mulai merasa tenang. Berkatnya, aku bisa kembali tenang seperti biasa. Namun, aku tetap meminta maaf padang karena tidak datang ke perpustakaan, yang membuatnya khawatir dan banyak hal lainnya.


"Kenapa kau meminta maaf?"


Sepertinya dia tidak mempedulikannya, karena Tohru-kun menanyaiku itu. Aku menggelengkan kepalaku saat merasakan begitu banyak kehangatan yang menumpuk di dadaku. Setelah itu, Tohru-kun membawaku ke restoran burger.


"Ketika kau sedih, memakan sesuatu yang enak adalah yang terbaik!"


Itulah yang dia katakan, dan dia benar. Itu pertama kalinya aku memakan burger teriyaki dan itu terasa lebih enak daripada makanan yang kumakan sebelumnya. Aku terus menjejali pipiku. Itu karena kebaikan Tohru-kun telah menenangkanku, namun mataku masih terasa sedikit lembab.


Dari hari itu dan seterusnya, kami mulai lebih sering bergaul dan tidak membatasi diri kami untuk pergi ke perpustakaan setelah sekolah.


***


Setelah memakan di restoran teriyaki burger, hal-hal mulai berubah sedikit, yah mungkin banyak. Cukup banyak hal yang berubah sebenarnya. Kapanpun aku bersama Tohru-kun, hatiku akan mulai berdebar dan wajahku memanas. Emosi itulah yang kurasakan ketika aku melihat Tohru-kun yang sedang mengambil anak kucing itu. Pada saat itu, aku tidak bisa menyuarakan emosiku, jadi aku melewati setiap harinya dengan keraguan. Dan, suatu hari...


"Hei, aku membawakanmu hal keren ini hari ini!"


Dengan mengatakan itu, Tohru-kun memberiku hadiah. Itu sebuah pesona pastel pink, dengan beberapa kanji sulit yang tertulis didalamnya. Hadiah ini diberikan kepadaku agar aku tidak menangis lagi karena aku telah menangis beberapa hari sebelumnya. Aku bisa merasakan dadaku berdering dengan sangat gila.

[TL: Pesona pink yang biasanya ada di kuil jepang.]


"Warna ini sangat imut, bukan? Itu benar-benar cocok denganmu Rin!"


Imut... Cocok denganku...


Hatiku mulai menari dengan gila karena mendengar kata-kata itu. Apa ini? Aku tidak bisa mengatasi kebahagiaanku sama sekali. Aku merasa mengambang, seolah-olah aku sedang berada di teras yang menghadap sinar matahari. Sebelum aku menyadarinya, aku telah terengah-engah. Perasaan aneh apa ini? Pada saat itu, aku tidak terlalu mengerti tentang emosi itu sama sekali. Tapi aku akan mengetahui itu secepatnya, jadi aku tidak perlu merasa khawatir. Aku sangat bahagia pada saat itu.


"Terima kasih... banyak."


Aku mengucapkan semua rasa terima kasihku pada Tohru-kun saat aku memeluk pesona itu di dadaku.