Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pria Yang Menolak Diasuh Oleh Kakak Yang Cantik [Vol 1 Chapter 1.2]

A Man Who Doesn't Want To Be Fed By A Beautiful Onee-san Bahasa Indonesia




Chapter 1.2: Onee-san Menjemputku


Kakiku terasa agak berat saat aku berjalan pulang.

"Ini semua karena ayahku..."

Tanpa basa-basi, aku mulai mengeluh. Biasanya aku tidak akan merasakan ketidaknyamanan ketika ayahku sedang tidak ada di rumah. Itu karena dia sering kali mengirimkanku uang untuk biaya hidupku dari luar negeri, dan aku sudah tahu bagaimana caranya melakukan pekerjaan rumah ... yah, biaya hidupku terlalu tidak teratur dalam 2 tahun terakhir, itu sebabnya aku mulai bekerja paruh waktu untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu, tetapi aku malah dipecat seperti ini...

"Yang tersisa untuk biaya hidupku saat ini adalah..."

Ketika memeriksa saldo bersih dari uang yang tersisa di ponselku ... itu kurang lebih sekitar 150.000.

"Aku tidak tahu sampai kapan ayahku akan hilang, tetapi situasi ini adalah hal yang buruk bagiku..."

Dia biasanya akan menghilang selama beberapa bulan, jadi kupikir mustahil bagiku untuk berhasil bertahan hidup.

"Tapi ... jurnalis perang, huh?"

Dia biasanya mendatangi berbagai zona perang di seluruh dunia, dimana dia biasanya akan pulang ke rumah sekali atau dua kali dalam setahun.  Setiap orang bebas menjalani hidup sesukanya, tetapi aku hanya ingin dia setidaknya tidak menimbulkan masalah bagi keluarganya.  Aku tidak akan pernah menjadi sepertinya ... aku akan menggunakan ayahku sebagai pembelajaran untuk menjalani hidup dalam arti lain.  Lulus secara normal, mendapatkan pekerjaan yang normal, dan suatu hari menikah dengan seseorang yang normal, dimana aku ingin membangun keluarga bahagia seperti yang tidak bisa kumiliki sebelumnya, sesuatu yang jelas seperti itulah yang kucari.  Itu sebabnya aku harus mencari pekerjaan baru.  Aku tidak bisa tetap diam dalam tragedi ini dan tidak melakukan apapun, sekarang aku harus melihat ke depan!  Dengan setengah keluhan terhadap ayahku dan setengah lainnya berharap untuk masa depan yang baik, aku pun pulang ke rumahku.

"Are?"

Meski ini tengah malam, tapi ada truk besar yang terparkir di depan apartemen yang kusewa.

"Apa lagi yang akan terjadi kali ini?"

Sambil memikirkan itu, aku naik ke lantai atas, dan mataku langsung tertuju ke arah depan pintu apartemenku.

"Rumahku..."

Ada beberapa pekerja yang sedang membawa barang-barang di luar apartemenku.

"Hei, tunggu! Apa yang kau---?"

"Ah, Eita-kun, apa kau punya waktu sebentar?"

Orang yang berbicara kepadaku adalah pemilik apartemen, dia adalah seorang pekerja dengan setelan jas dari perusahaan manajemen kondominium yang ada di sebelah ... Yah, aku tiba-tiba memiliki firasat yang sangat buruk.

"Ayahmu terlambat dalam pembayaran sewanya ... jadi kami terpaksa mengusirmu."

"Terlambat membayar sewa!?  Benarkah?  Sejak kapan?"

"Sudah empat bulan."

"Empat bulan…?'"

Aku tidak tahu itu... uang untuk biaya kehidupan sehari-hariku dibayar dari rekeningku, tapi uang sewa apartemen, biaya listrik dan gas secara otomatis ditransfer dari rekening ayahku ... jadi aku tidak menduga bahwa hal ini akan terjadi.

"Tapi, kalian seharusnya memberi peringatan dulu sebelum melakukan sesuatu seperti ini, bahkan jika kau memberitahuku begitu tiba-tiba..."

"Aku sudah mencoba berkali-kali untuk menghubungi ayahmu, tetapi dia tidak pernah menjawabnya."

"Tidak mungkin…"

"Sebenarnya, aku berpikir untuk menunggu sedikit lebih lama, tetapi kami juga memiliki tamu lain yang sedang menunggu ... jadi aku benar-benar minta maaf."

"Untuk saat ini, aku akan membayar untuk sebulan dulu, bisakah kau melakukan sesuatu terhadapnya?"

"Aku minta maaf ... tapi semuanya sudah diputuskan..."

Dia mengatakannya dengan senyum yang tenang seolah-olah dia tidak ingin mendengar balasan lagi.

"Akan sangat membantu jika kau mulai mengambil semua yang kau perlukan."

Yah, percuma saja… dia juga tidak akan mendengarkan apapun yang akan dikatakan oleh anak SMA!

"Aku mengerti….  Aku sangat menyesal karena telah menyebabkan ketidaknyamanan untukmu."

Aku pamit dan menuju ke kamarku.  Aku mulai memasukkan beberapa pakaian sekolah dan buku-buku ke dalam kantong kertas secukupnya sambil melihat perabotan dan barang elektronik lainnya dibawa keluar.

"Ah ... itu benar."

Ada hal lain yang tidak bisa aku lupakan.  Aku mengeluarkan beberapa kaset video lama dari bagian belakang lemari.

"Pemutar videonya rusak... Aku harus mencari penggantinya."

Sementara aku sedang berdiri di sana, para pekerja sudah selesai, dan aku masih tidak bisa merasakan bahwa semua ini benar-benar terjadi ketika aku melihat truk itu pergi.  Dan tirai kehidupanku di departemen itu pun telah ditutup.

***

Setelah meninggalkan apartemen, aku melangkah ke taman terdekat, duduk di bangku, dan menaruh barang-barangku di tanah.

"Hari macam apa ini…"

Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku sakit, tapi aku ingin mengatur tentang situasi ini.  Hari ini seharusnya menjadi hari yang benar-benar normal, dimana setelah pulang sekolah aku pergi bekerja di toko, lalu mencoba bergaul dengan onee-san cantik yang datang setiap hari, dimana aku menguatkan diriku dan berbicara dengannya ... namun setelahnya, situasi yang aneh ini dimulai.

1) Onee-san yang datang setiap hari pingsan dan kami pun harus memanggil ambulans.

2) Hobi ayahku yang suka menghilang di zona perang meledak.

3) Ketika manajer mengetahui hal itu, dia langsung memecatku dan menggunakan ketidakhadiran orang tuaku sebagai alasannya.

4) aku diusir secara paksa dari apartemenku untuk disewakan kembali kepada orang lain.

"Hampir semua hal ini terjadi karena ayahku!?"

Tanpa pikir panjang, aku berteriak di tengah-tengah taman di tengah malam. Apakah aku benar-benar berteriak sekeras itu?  Ya, seekor kucing yang sedang tidur di dekatku pun langsung melompat ketakutan dan memelototiku, tampaknya tatapamnya itu seperti ingin memberitahuku sesuatu dan kemudian pergi ... bagaimana harus mengatakannya? Yah, intinya maafkan aku.

"Serius, apa yang akan aku lakukan mulai sekarang...?"

Hari ini adalah hari jumat, jadi besok tidak ada sekolah.  Setidaknya di akhir pekan ini aku harus segera memastikan dimana aku akan tinggal ... Dan begitu aku selesai mengatur situasinya, rasa insecure menyerangku.

"Eh..."

Pada saat itu, aku mendengar suara yang tidak terduga dan aku pun langsung mengangkat kepalaku.  Tanpa pikir panjang, pandanganku terpaku saat melihat pemandangan itu.

"Kamu..."

Di sana, berdiri onee-san cantik yang baru saja dibawa pergi dengan ambulans.

"Eita-kun… benar?"

Mengapa dia ada di sini?  Sebaliknya, bagaimana dia bisa tahu namaku?

"Bagaimana kondisimu?"

Kata-kata yang keluar dari mulutku ketika aku terkejut saat melihatnya hanyalah kata-kata biasa.

"Ya, setelah berbaring sebentar di rumah sakit, aku merasa lebih baik dan langsung diizinkan pulang."

"Aku mengerti ... baguslah kalau begitu."

Dia mengelus dadanya dengan ekspresi yang tampak sehat.

"Tapi di sisi lain ... apa yang sedang kamu lakukan di tempat seperti ini di jam segini?"

"Itu..."

Tanpa pikir panjang, aku menggigit bibirku.  Dan saat aku melakukan itu, onee-san yang lembut itu tersenyum, dan ikut duduk di sebelahku.

"Pasti terjadi sesuatu, bukan?  Apa kamu ingin Onee-san ini mendengarkan keluh kesahmu?"

Kata-katanya yang hangat dan tatapannya tampak seolah-olah siap untuk menerima segalanya. Aku hanyalah orang yang tidak pernah berbicara dengannya, alias orang asing. Dan saat ini, aku sedang lemah dalam banyak hal, dan ketika aku menyadarinya, aku berakhir dengan menceritakan semua yang telah terjadi padaku sejauh ini kepadanya.

"Sebenarnya ... baru-baru ini aku telah dipecat dari pekerjaanku..."

"Benarkah?"

Dibanding diriku, yang sedang depresi, justru dialah yang memiliki ekspresi paling putus asa.

"K-Kenapa bisa begitu?"

"Ayahku ... dia ... adalah seorang jurnalis perang, dan dalam berita tadi, mereka mengumumkan bahwa dia dilaporkan menghilang ... manajer yang melihatnya mengatakan kepadaku bahwa dia tidak bisa mempekerjakan seseorang yang tidak memiliki wali..."

"Tidak mungkin... Itu artinya aku tidak akan bisa melihatmu lagi, bukan...?"

"Ya itu benar."

Singkatnya, bahkan jika dia tetap mengunjungi toko itu, aku sudah tidak ada di sana lagi. Bagaimana harus mengatakannya? Yah, kupikir ini yang disebut sebagai pengunduran diri sosial.

"Selain itu ... sepertinya ayahku telah berhenti membayar sewa apartemen tempat kami tinggal, jadi mereka mengusirku."

"Sungguh..!?"

Huh?  Saat mendengar itu, ekspresinya yang tadinya putus asa tiba-tiba hidup kembali.

"Jadi, kamu tidak punya tempat tinggal untuk malam ini?"

"Sepertinya ... untuk saat ini aku hanya memiliki kebutuhan minimum, dan aku bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan."

"Begitu ... Kedengarannya sulit ...!"

Mengapa reaksinya begitu?  Itu tapak seperti Onee-san ini sedang bahagia.  Apa-apaan itu…?  Apa itu karena aku yang mengatakannya?  Tapi, bagi seseorang yang berbahagia di atas penderitaan orang lain… sebentar, jika pihak ketiga yang mendengarkannya, itu memang layak menjadi cerita yang pantas untuk ditertawakan, lagipula aku hanya orang asing.  Mari kita pikirkan lagi, apa yang harus aku lakukan...?"

"Kalau begitu, datang saja ke apartemenku!"

Kata-kata yang tak terduga itu menusuk telingaku.

"Apa?"

Mau tak mau aku langsung menatapnya ... apa yang baru saja kau katakan dengan begitu tiba-tiba?

"Tidak mungkin aku bisa meninggalkan seorang anak SMA yang sedang tidak punya tempat untuk pulang!"

Dia mulai berbicara dengan ekspresi serius.  Itu adalah tawaran gila yang akhirnya membuatku tenang.

"Tidak, aku memang sangat menghargainya, tetapi itu..."

"Tidak apa-apa!  Apartemenku sangat dekat, dan aku juga punya kamar yang kosong!"

"Tidak, tapi... itu akan menjadi masalah besar jika terjadi sesuatu nanti."

Aku mungkin terlihat lemah, tetapi aku tetaplah seorang pria. Meskipun aku tidak bisa mengatakannya dengan spesifik, tetapi itu adalah hal yang buruk untuk membiarkan seorang pria yang lagi di masa pubernya untuk tinggal bersamamu.

"K-Kamu benar..."

Mungkinkah dia mencari makna lain di balik kata-kataku?  Meskipun kurasa dia sudah agak tercerahkan.

"Tapi, apartemenku bukan sewaan, jadi aku tidak perlu membayar biaya sewa sehingga kamu tidak perlu takut untuk diusir!"

Tidak tunggu, bukan itu.  Aku tidak mengatakan bahwa aku khawatir tentang kekuatan finansial onee-san dan takut akan diusir.  Aku mengacu pada seorang anak laki-laki SMA yang tinggal di bawah atap yang sama dengan seorang wanita ... Sebentar ... Mungkinkah dia tidak melihatku sebagai seorang pria?  Atau, mungkinkah dia memang tidak memikirkannya?  Bagaimanapun jiga, sepertinya kita tidak sedang membicarakan hal yang sama.

"Oke?  Jadi kamu bisa tinggal dengan tenang ke rumahku."

Senyuman itu tampak bagaikan seorang gadis suci yang telah dilahirkan kembali dan membuat saran seperti itu kepadaku ... Bagaimana harus mengatakannya? Dia tampak seperti seorang pria yang hendak membawa masuk seorang wanita ke dalam rumahnya sambil mengatakan "Oke, oke!  Aku tidak akan melakukan apapun padamu, jadi datanglah ke rumahku!" lalu bertingkah layaknya pria sejati ketika membawanya ke depan pintu rumahnya, tetapi begitu mereka telah berjalan melewati pintu, dia akan berubah menjadi serigala.

"Itu…"

Yah, lagipula dia seorang wanita, jadi aku tidak berpikir bahwa dia orang yang seperti itu.

"Ini sudah larut dan tidak ada tempat terdekat di mana kamu bisa menginap. Kamu berencana untuk tinggal di luar sampai besok, bukan?  Bagaimana jika kamu memikirkan tentang apa yang akan kamu lakukan nanti di apartemenku saja?"

Dia memang benar ... meskipun cuacanya cukup hangat, tapi tetap akan terlalu berlebihan untuk berdiam diri di tempat terbuka sampai besok tiba.

"Apa kau benar-benar tidak keberatan?"

"Iya!"

"Jadi ... bolehkah aku mengandalkanmu untuk satu malam saja?"

"Tentu!'

Ini seperti ungkapan yang mengatakan bahwa "orang yang tenggelam bahkan akan mengambil daunm.." tetapi saat ini ada begitu banyak peristiwa berturut-turut yang telah terjadi padaku sehingga aku berpikir bahwa aku tidak memiliki ketenangan sedikit pun untuk membuat keputusan yang baik.  Aku tidak pernah menyangka bahwa kata-kata itu saja akan memiliki begitu banyak efek padaku.

"Mari kita pergi ke rumahku bersama-sama!"

Onee-san itu berdiri dan mengulurkan tangannya padaku, dan tepat saat aku ingin meraih tangannya.

"Ah..."

Dia mengeluarkan suara kecil dan segera setelahnya, onee-san itu terjatuh ke tanah.

"O-Onee-san!?"

Aku bergegas untuk memeganginya, dan membuatnya duduk di bangku dengan bahunya yang bergoyang ... ini aneh, tidak peduli bagaimana kau melihatnya, itu tidak normal untuk pingsan berkali-kali dalam sehari.

"Nn…."

"Apa kau baik-baik saja?"

Dia membuka matanya dan tertegun saat menatapku.

"Maaf, sepertinya aku kehilangan kesadaranku lagi."

Dia mencoba menipuku dengan menjulurkan lidahnya.

"Apa kau sungguh baik-baik saja?"

"Ya, maaf karena telah mengejutkanmu."

Dia berkata dengan lembut "kenapa...?"  tetapi sebenarnya itulah kata yang ingin kutanyakan pada diriku sendiri.

"Yah, haruskah kita pergi sekarang?"

Dan hari yang penuh gejolak pun berakhir, dimana pada akhirnya aku setuju untuk menghabiskan waktu satu malam saja bersama onee-san.