Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Romcom Ala Wali Murid [Vol 2 Chapter 3]



Chapter 3: Field Trip Bersama Adikku



"Sudah pagi, Onii-chan!"

Ketika aku serang memeriksa barang-barangku di ruang tamu, Soyoka bangun tidur dengan semangat tinggi. Dia bangun dan langsung keluar dari tempat tidurnya hari ini!

"Soyoka, lihat ke luar! Hari ini cerah!"

"Oh~"

"Aku yakin itu pasti berkat senyuman Soyoka!"

Cuaca yang sempat menjadi perhatian saat musim hujan sepertinya tidak menjadi masalah kali ini.

Yah, tidak mungkin juga akan turun hujan di saat Soyoka hendak melakukan field trip! Dunia ada di pihak Soyoka......!

"Hmm, apa ini......?"

Aku melihat sebuah kantong plastik yang tidak kukenali di atas tas yang sudah kupersiapkan.

Aku melihat ke dalam dan melihat isinya. Itu adalah dendeng seperti yang dijual di minimarket.

"Dendeng? Apakah Soyoka yang menaruhnya di sana?"

"Dendeng? Aku tidak tahu."

"Yah, kurasa kau benar...."

Ya, dendeng memang enak, tapi ini lebih merupakan camilan daripada kue. Inilah yang sering ibuku makan.

"Apakah kau mau membawa beberapa? Kurasa itu bukan sesuatu yang terlalu sering kau bawa saat field trip."

"Aku mau!"

"Oke!"

Soyoka langsung menjawab, jadi aku memasukkannya ke dalam tas. Kurasa Soyoka juga menduga bahwa Ibulah yang meletakkannya di sana.

Melihat itu ada di dalam tas, dia pasti membelinya tadi malam atau pagi ini. Aku tidak tahu niat macam apa itu. Tapi aku berharap ia akan memilih sesuatu yang lebih seperti field trip.

Aku mencuci muka Soyoka dan menyikat giginya. Setelah sarapan ringan, dia berganti ke seragam TK miliknya.

"Oke, saatnya keluar dari sini!"

Biasanya, aku akan ikut memakai seragamku juga, tapi hari ini aku memakai pakaian kasual. Bukankah terlalu nikmat rasanya untuk mengambil cuti sekolah pada hari Jumat dan melakukan field trip bersama Soyoka? Kuharap field trip ini akan diadakan setiap hari.....

Kalau semua orang naik sepeda, tempat parkir untuk sepeda akan penuh, jadi kami disuruh jalan kaki sebisa mungkin. Aku memakai sepasang sepatu kets yang memudahkanku untuk berjalan dan kami pun mulai berjalan beriringan saling bergandengan tangan.

"Apakah bentonya kebawa?"

"Ya."

"Camilan?"

"Ya, ya."

"Bom?"

"Oh, kalau yang itu aku tidak punya ....... tunggu, apa rencana yang akan kau lakukan dalam field trip-mu itu?!"

Kakakmu akan ditangkap jika kita membawa benda seperti itu!

Soyoka memegang tanganku dan tersenyum bahagia. Kuharap dia tidak terlalu energik di pagi hari dan tertidur di jalan.

Yah, tidak heran jika dia begitu bersemangat. Hari ini adalah field trip orang tua-anak yang sangat dinantikannya. Ini pertama kalinya dia pergi keluar dengan teman-temanya  yang biasanya hanya dia lihat di TK.

"Sial, apakah aman bagi Soyoka untuk melakukan field trip ini? Ini seperti tamasya sekolah, tapi ini sedikit tidak biasa dan ada kemungkinan untuk mengembangkan cinta...."

"Cinta ...... pura-pura!"

"Ya, kupikir ini akan baik-baik saja."

Apakah itu adalah standar ...... untuk menjalin hubungan saat perjalanan?

Pandangan Soyoka tentang cinta agak ambigu, jadi ini melegakan!

Saat kami tiba di TK, banyak orang tua dan anak-anak sudah berkumpul di sana.

Dua bus besar terparkir di parkiran. TK ini memiliki tempat yang luas, jadi sangat nyaman di saat-saat seperti ini.

"Apa bus itu terpisah untuk orang tua dan anak-anak? ......Ya Tuhan, field trip ini sangat menyenangkan, tapi aku harus dipisahkan dari Soyoka? ......Soyoka pasti juga merindukanku, kan? Tunggu, sekarang aku akan meminta guru untuk menempatkan kami di bus yang sama saja......."

"Sampai jumpa, Onii-chan!"

Soyoka tidak menyayangkan sedikit pun dan langsung memasuki bus tempat teman-temannya menunggu tanpa sekali pun menoleh ke belakang.

"Soyoka ...... aku tidak mau meninggalkanmu sedetik pun hari ini.......!"

Aku jatuh berlutut dan hancur. Tanpa sengaja, aku menangis. Yah, seorang pria menangis.

"Kyota-niichan, bertahanlah."

"Iku, jangan bicara dengan orang yang mencurigakan. Itu berbahaya."

Suara lembut dan suara dingin diucapkan secara berturut-turut. Apa ini? Pompa korek di antara saudara kandung?

Suara-suara itu, tentu saja, berasal dari Akiyama bersaudara.

"Siapa yang mencurigakan?"

"Setiap pria yang masuk ke TK dan berteriak kencang jelas adalah seorang pencuri, tidak peduli bagaimana kita menafsirkannya."

"Bukankah premisnya salah bahkan sebelum interpretasi?"

Aku hanyalah seorang kakak yang baik.

Tidak ada gunanya mengasihani diri sendiri selamanya, jadi aku berdiri.

"Sampai jumpa lagi, Onee-chan."

"Ya. Berhati-hatilah. Jika kamu ... kangen aku, kamu bisa datang ke bus yang ada di sana, oke?"

Saat Iku menuju bus, Akiyama juga terus merindukannya.

Akiyama mengenakan celana lebar dan jaket denim serta mengenakan cassock. Dia membawa tas besar, jadi kedua tangannya bebas.

Saat aku melihat ranselnya, sudut mulut Akiyama terangkat dengan bangga.

"Aku sudah berhasil membuat omelette dengan baik."

"Oh, apakah kau benar-benar membuatnya dengan baik?"

"Ya, ini adalah suguhan makan siang kami."

Dari rasa percaya dirinya sepertinya ia memang sudah menguasainya. Aku menangis ketika memikirkan telur yang ia dikorbankan. Aku bertanya-tanya berapa banyak telur gosong yang dibuat olehnya.

"Apakah kau benar-benar berhasil membuatnya......?"

Akiyama, yang mungkin menyadari tatapanku yang meragukan, memberiku tatapan cemberut.

"Aku tidak meragukanmu. Aku hanya berpikir kau pasti telah melakukan banyak kesalahan."

"......Cuma sedikit, kok. Sekitar sepuluh kali doang."

"Itu sedikit kau bilang?!"

"Ya, ini sedikit untukku." balas Akiyama, jengkel.

"Iya, sih."

"Entah kenapa rasanya agak aneh ketika kamu berhasil diyakinkan tentang itu......."

Aku senang melihat penilaian dirimu yang akurat.

Namun, aku juga harus melakukannya lebih dari sepuluh kali sebelum aku menguasainya sepenuhnya. Mempertimbangkan itu, fakta bahwa dia berhasil tepat waktu untuk field trip orang tua-anak adalah bukti dari kerja kerasnya.

"Oke, kalau begitu, mari kita naik bus."

Banyak orang tua di sini yang sudah naik ke bus untuk orang tua.

Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu. Aku dengar di zaman sekarang ini, ada banyak rumah tangga yang berpenghasilan ganda, tapi sepertinya banyak ibu-ibu yang mengambil cuti hari ini.
[TL: Suami-istri sama-sama kerja.]

Dari kelihatannya, ada rentang usia yang lebar. Meski demikian, secara persentase, tampaknya banyak dari mereka adalah ibu muda berusia 20-an. Untuk bapak-bapak sendiri jumlahnya tidak jarang, namun mereka adalah minoritas.

--- "Ada apa dengan anak muda itu....."

--- "Aku penasaran apakah mereka ada di sini untuk mewakili orang tua mereka?"

--- "Apa yang orang tua mereka lakukan?"

Saat Akiyama dan aku menaiki tangga bus, kami mendengar suara berbisik.

Akiyama, yang mengikutiku, mengangkat alis.

Aku menerima tatapan kasar dari dalam bus. Aku biasanya terlambat menjemput adikku, jadi aku jarang bertemu orang tua lain sehingga aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk menyadarinya, tetapi aku tahu bahwa kami adalah pemandangan yang langka di sini.

"Akiyama."

Sebelum dia bisa mengatakan hal lain, aku mengambil inisiatif.

"Jangan khawatirkan itu. Dengar, cukup naik bus dan field trip pun akan segera dimulai."

"......Iya, iya, paham."

Menemukan kursi kosong, Akiyama pun duduk. Dia meletakkan tasnya di pangkuannya dan menatapku.

Tidak ada alasan untuk repot-repot menjauh, jadi secara alami aku duduk di sebelahnya.

"Acara besar seperti melakukan field trip dengan Soyoka, aku tidak akan menyerah!"

"Ya, kamu benar. Ibuku juga ingin pergi, tapi aku tidak mau menyerahkan ini padanya."

"Bukankah terlalu bagus untuk bolos sekolah dan melakukan field trip?"

"Tidak seperti biasanya, kali ini aku setuju dengan Kyota. Satu-satunya perbedaan adalah aku harus menyelesaikan tugasku sebelum datang kemari."

Yah, kalau soal TK, aku dan Akiyama berada di halaman yang sama! Memikirkan tentang jalan-jalan membuatku bersemangat!

Tentu saja, ada alasan kuat bagi kami, anak SMA, untuk mengambil alih tempat orang tua kami menggantikan mereka. Tetapi lebih dari itu, kami melakukannya karena kami ingin.

Jadi, kami tidak perlu khawatir dengan kata-kata mereka.

Aku memang tidak peduli, tapi ...... aku bertanya-tanya bagaimana perasaan Soyoka tentang situasi dengan semua ibu di sekitarnya?

Bus yang membawa anak-anak akhirnya berangkat. Entah bagaimana, aku berhasil mengikutinya dengan mataku dan melihat Soyoka sedang duduk di dekat jendela.

"Hm? Tunggu, Soyoka! Kenapa kau duduk di sebelah Iku?! Menjauhlah darinya, Iku! Itu tempat dudukku!"

"Tunggu, apa yang terjadi dengan mereka hingga membuat Iku duduk di kursi dua orang?! Beri dia kursi kelas satu!"

***

Setelah naik bus selama satu jam, kami tiba di taman.

Aku turun dari bus dan bertemu dengan Soyoka.

"Soyokaaaa! Aku sangat merindukanmu!"

"Permen!"

"Apakah kmu pikir aku hanya seorang pembawa permen?"

Juga, waktu permen masih jauh.

"Waktu permen akan datang!"

"Semua permen di dunia ada untuk Soyoka! Jika Soyoka bisa memakan permen-permen itu, maka aku akan bahagia."

"Dunia! Kalau begitu ... aku akan memakan semuanya!"

"Ngomong-ngomong, field trip bukanlah event all-you-can-eat permen."

"Oh."

Soyoka menatapku dengan wajah terkejut. Yah, lagi pula yang kau bicarakan sejak pagi ini hanyalah makan siang dan permen......

Makan adalah salah satu bagian terbaik dari tamasya, bukan? Karena sensasinya berbeda dengan makan di rumah.

"Semuanya, tolong ikuti aku! Kita akan pergi ke alun-alun dulu!"

Kami mengikuti petunjuk guru, yang meninggikan suaranya, dan kami bergerak dalam kelompok.

"Ini taman yang cukup besar, bukan?"

Menyipitkan mata di bawah sinar matahari yang cerah, aku melihat sekeliling.

Ini adalah taman atletik yang dijalankan oleh kota, dekat dengan stasiun, dan ramai dengan pemandangan bunga sakura di musim semi. Pepohonannya rimbun dan hijau sekarang, tapi senang melihat bunga sakura di antara dedaunan.

Perimeter taman adalah jalur jalan kaki, dan terdapat alun-alun di tengah taman tempat pengunjung dapat berolahraga. Ada juga peralatan bermain untuk anak-anak, menjadikannya tempat yang bagus untuk field trip orang tua-anak ini.

Beberapa orang, mungkin dari lingkungan sekitar, sedang duduk di halaman atau bangku dan bersantai. Meski begitu, tempat ini tampak relatif kosong karena ini masih siang hari di hari kerja.

"Soyoka-chan! Bunganya cantik sekali!"

"Wow! Mereka sangat imut!"

"Ya!"

Soyoka berjalan sedikit di depanku, mengobrol dengan para gadis. Sangat menyegarkan melihatnya berbicara dengan gadis-gadis daripada Iku.

Ini adalah salah satu bagian terbaik dari field trip orang tua-anak untuk melihat sekilas bagaimana anak-anak menghabiskan waktu mereka di TK.

"Itu bagus Soyoka! Kau pasti punya banyak teman! Bagus, bagus, carilah teman perempuan sebanyak mungkin. Dan jauhi laki-laki!"

"Kecemburuan yang buruk...."

Ketika aku sedang mengirimkan pengingat pada Soyoka yang tidak mendengarku, Akiyama berbaris di sebelahku.

Iku juga sepertinya juga sedang bersama teman-temannya, yang mungkin juga bosan dengan kakaknya.

"Iku. Lihat, ini ranting. Kelihatannya tangguh."

"Keren.....!"

"Ini, aku menemukan yang satunya lagi! Double sword!"

"Oh~!"

Kelompok Iku sedang memetik dahan pohon dan bermain.

Aku tahu itu. Ranting pohon memang sangat keren!

"Iku juga populer di kalangan laki-laki. ......Hei, jangan manja hanya karena Iku baik padamu, yah."

"Bukankah kau jauh lebih serius daripada aku.....?"

Mengapa gadis ini cemburu pada laki-laki juga?

Cintanya pada Iku terlalu berat. Akiyama mengangkat ponselnya dan menatap Iku. Itu sedikit menakutkan.

"Haha, aku harus mengambil gambar juga. Bunga hydrangea meningkatkan keimutan Soyoka ....... Ini hampir seperti seni, hal semacam ini......."

Soyoka sangat bersemangat sehingga dia mendekatkan wajahnya ke hydrangea. Sungguh pemandangan yang indah melihat Soyoka mencintai bunga dan merasakan pertumbuhan Soyoka.

"Terlihat enak!"

Matanya berbinar saat dia melihat bunga hydrangea biru.

.....Um, yah, mereka juga cantik! Tapi mereka tidak terlihat enak--!

"Soyoka! Kau tidak bisa memakan bunganya!"

"Ew."

Bukankah kau seharusnya tidak terlalu lapar? Kita meninggalkan rumah setelah makan roti padat, loh......

Dengan begitu banyak anak, berkeliling saja sudah merupakan tantangan. Tidak apa-apa hari ini karena setiap orang tua hadir, tetapi aku tidak bisa tidak memikirkan semua kerja keras yang harus dilakukan oleh para guru setiap hari.

Anak-anak itu bebas. Mereka tidak selalu melakukan apa yang kita perintahkan, dan jika kita mengalihkan pandangan dari mereka sejenak, mereka akan bertualang dan pergi ke tempat lain.

"Benar."

Soyoka juga tertarik dengan banyak hal dan berhenti untuk melihat.

"Mana makanan? Makanan Soka?"

"Soyoka, kau akan ketinggalan nanti."

"Jika aku mau ini, yah ini! Inilah Soka!"

Soyoka berkata dengan suara tinggi sambil berkacak pinggang.

Biasanya, ini akan baik-baik saja, tetapi saat field trip, bukan itu masalahnya. Kita harus mempelajari perilaku kelompok sedikit demi sedikit.

Namun, para guru telah memperhitungkan fakta bahwa perlu waktu untuk bergerak.

Jadwal field trip agak longgar dan waktunya fleksibel. Sebagian besar waktunya adalah waktu luang, jadi tidak masalah jika molor sedikit.

Soyoka tidak pemalu dan berbicara dengan riang kepada ibu-ibu lainnya.

Aku ingin belajar darinya.......

"Ibu semua orang, sangat baik."

Soyoka berkata saat dia kembali dan meremas tanganku dengan erat.

"Kakakmu juga baik, tahu?"

"Ibu? Onii-chan Soka adalah ibu?"

Tertawa sedih dan canggung, Soyoka menatapku. Matanya sedikit lembab.

"Eh, iya."

"Onii-chan adalah ayah Soka!"

"Tapi aku ibumu juga, bukan?"

"Apakah begitu?"

"Aku adalah kakak super yang bisa menjadi seorang ibu maupun ayah!"

Soyoka polos dan imut, tapi terkadang dia terlihat kesepian seperti ini. Aku hanya bisa membodohinya seperti ini setiap saat, tapi Soyoka mampu membaca keadaan dan hanya menertawakanku.

Sungguh menyedihkan membuat Soyoka mengalami masa sulit seperti ini.

Apa ini hal yang benar untuk dilakukan? Aku tidak berpikir aku akan dapat menemukan jawabannya dengan mudah.......

"Ya, mari kita lakukan pemotretan di sini."

Suara guru terdengar tegang saat kami bergerak dalam kelompok dan tiba di alun-alun. Pertama, sepertinya akan ada pemotretan grup.

Anak-anak dengan cepat berbaris oleh para guru. Itu seperti sulap. Semuanya rapi secepat itu.

Para guru memotret anak-anak, dan para orang tua juga menjentikkan rana kamera mereka pada saat yang bersamaan.

"Sangat imut, Soyoka! Jika foto ini beredar, kau akan dipantau oleh agensi hiburan, tahu?!"

"Iku ..... kamu memiliki kehadiran yang luar biasa. Kamu bersinar."

Kukuku ... penyimpanan ponselku sedang kosong hari ini! Jadi, aku dapat mengambil gambar sebanyak yang kumau!

Aku dan Akiyama ribut seperti biasanya, tapi ibu-ibu lain juga sama ributnya. Anak-anak berdiri di sekitar dengan ekspresi terkejut di wajah mereka, seolah-olah mereka sudah terbiasa dengan ini.

"Haa, ini buruk...."

Akiyama menghela napas dengan ekspresi melankolis di wajahnya saat dia melihat ponselnya.

"Kenapa?"

"Kamera bahkan tidak bisa menangkap sepuluh persen keindahan Iku. Aku merasakan batasan sains, tahu?"

"Pernyataan bodoh seperti biasanya, taoi aku akan mengatakan bahwa aku sepenuhnya setuju denganmu. Tidak hanya dalam gambar, tetapi juga di mata! Aku tidak akan pernah melupakan setiap pemandangan Soyoka selama sisa hidupku!

Tentu saja Soyoka imut di foto, tapi tidak ada yang bisa menandinginya secara fisik.

Aku memutuskan untuk menatap Soyoka tanpa memotretnya.

"Berikutnya, kita akan berfoto bersama orang tua juga~"

Guru memimpin, dan kami berbaris di belakang anak-anak.

Dalam sekejap, jumlah orang berlipat ganda.

Orang dewasa membuat banyak keributan, jadi ada kerumunan besar di sini. Suara guru menjadi lebih keras saat mereka memberikan instruksi.

Hei, bukankah para orang tua ini mengambil lebih banyak waktu guru daripada anak-anak mereka.....?

"Ya, sudah waktunya jalan-jalan mulai sekarang sampai jam 12! Akan ada stamp rally, jadi silakan mencari jika berkenan!"

Dengan kata-kata itu sebagai isyarat, kami semua berpencar.

Banyak dari mereka tampak berkelompok dengan ibu-ibu lain yang merupakan teman baik mereka. Seperti halnya aku dan Akiyama, ketika orang tua berinteraksi satu sama lain, anak-anak mereka secara alami menjadi teman. Dan begitu pun sebaliknya.

Soyoka sepertinya punya banyak teman, tapi sayangnya, aku tidak punya teman ibu lain selain Akiyama.

"Haruskah aku memperluas sirkel pertukaran demi Soyoka......?"

Aku melihat sekeliling dengan panik.

Sial, bagaimana cara ibu-ibu lain berteman? Mereka semua tampaknya berteman dengan ibu-ibu lain tanpa sepengetahuanku!

Aku minta maaf dalam hati bahwa aku kesulitan dengan ibu-ibu lain karena aku masih SMA...... lalu aku melihat Akiyama yang berdiri di sana sama sepertiku.

"Ada apa?"

"Aku hanya berpikir karena ini adalah kelompok empat orang......"

"Aku tidak punya pilihan. Atau, bisakah kamu menempatkan Kyota di sirkel yang di sana itu?"

Akiyama melirik ke arah ibu-ibu yang dengan senang sedang mengobrol satu sama lain.

Lucunya, ini baru dua bulan anak-anak kami masuk sekolah, namun sudah terbentuk sebuah kelompok?

Suasananya sangat berbeda dari kami sehingga aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk menerobos masuk di antara mereka.

"......Yah, Soyoka dan Iku adalah teman baik."

"Ya, yang terbaik bagi mereka adalah untuk membiarkan mereka bekerja sama. Ini adalah field trip, jadi mereka harus bersama teman-teman mereka."

"Ya, benar. Tidak pernah, yah, jangan pernah takut berbicara dengan para ibu-ibu."

Saat itulah aku dan Akiyama memiliki hati ke hati.

Ah, ini menyebalkan. Aku ingin mengambil kesempatan ini untuk mengenal ibu-ibu muda.

"Onii-chan, apakah sudah waktunya untuk istirahat makan?"

"Tidak, tidak. Soyoka, sebenarnya ...... bentomu belum selesai."

"Benarkah......?

"Oh. Saat Soyoka bermain dengan banyak energi, kau akan bisa membuat bento terbaik. Kelaparan adalah bumbu terbaik, kurasa."

"Bumbu......! Baiklah, aku akan bermain!"

Mata Soyoka berbinar dan dia mengangkat tinjunya tinggi-tinggi. Dia mungkin tidak mengerti apa artinya itu.

"Sepertinya ada stamp rally juga."

"Stamp?"

"Perburuan harta karun."

"Harta karun.....! Itu semua milik Soka!"

"Apakah kau seorang bajak laut atau semacamnya?"

Pada dasarnya ini adalah waktu luang, tetapi ada juga kegiatan rekreasi di mana anak-anak berkeliling taman dan mengumpulkan stamp yang dimiliki guru dan pembantu. Bantuan tersebut rupanya diberikan oleh orang tua dari kakak kelas. Aku menghargainya.......

Lokasinya ditunjukkan pada peta yang dibagikan, jadi mari kita pandu mereka.

"Ayo pergi!"

"Aku datang!"

Soyoka dan Iku berlari keluar taman dengan semangat tinggi. Di kawasan pemukiman, tidak ada taman sebesar ini. Jadi merupakan keuntungan untuk bisa bermain tanpa perlu mengkhawatirkan soal ruang.

Mereka berjalan di sekitar taman, berhubungan dengan alam.

"Kyota-niichan."

Iku berlari kembali dan berbicara denganku.

"Oh, ada apa Iku?"

"Eiy."

Dengan ketukan, dia menyodok perutku dengan ranting di tangannya. Itu adalah ranting yang panjang. Iku membawanya di bahunya dan tersenyum nakal.

Ngomong-ngomong, Iku orang yang lembut, jadi itu tidak sakit sama sekali.

"Guha!"

Namun tetap saja, aku mendengus, memegangi perutku dengan sikap berlebihan.

"Beraninya kau, Iku......! Aku akan balas dendam!"

"Waa!"

Aku mengambil segenggam ranting dan menerkam Iku.

Iku lari dengan gembira, tampak bersemangat.

"Huh, aku mungkin terlihat seperti ini, tapi ketika aku masih kecil, aku adalah seorang pria yang dikenal jenius dalam memilih ranting. Aku belum bisa kalah dari Iku dulu! Lihat ini ini. Ini seperti sebuah pedang, kan?"

"Keren! Tapi punyaku juga keren."

"Hmm, tapi ...... eh? Kau punya ranting pendek di tanganmu yang terlihat seperti pegangan?"

Iku dan pedang ...... kami saling menunjukkan ranting dan bersaing untuk menentukan siapa yang paling keren.

Kemudian kami mengayunkannya, berhati-hati agar tidak mengenai siapa pun.

"Iku, itu berbahaya, buang saja."

Akiyama, yang menatapnya dengan tatapan bingung, memperingatkan Iku.

Bibir Iku berkedut karena ketidakpuasan karena diberi tahu secara terus terang.

"Eh."

"Itu hanya ranting ....... apa yang seru?"

"Itu bukan ranting! Itu pedang!"

"Tapi itu cuma cabang pohon yang sudah mati."

Cih dari Akiyama yang berkepala dingin, merusak pikiranku yang sedang bersenang-senang bersama Iku.

Dia tidak salah. Ini hanyalah ranting biasa, sesuatu yang dapat kau temukan di mana saja, dan sangat rapuh sehingga akan patah jika kau memasukkan sedikit tenaga ke dalamnya.

Tapi tetap saja, aku harus berdebat demi harga diriku seorang lelaki.

Aku mendecakkan lidahku dan mengangkat jari telunjukku.

"Kau tidak mengerti, Akiyama."

"......Apa lagi sekarang?"

"Di mata kami, para laki-laki, ini terlihat seperti pedang. Lihatlah dengan mata batinmu. Tidakkah kau melihat pedang yang tumpul dan berkilau itu?"

"Aku tidak melihatnya sama sekali."

"Apa......?"

"Bahkan jika itu benar, bagaimana bisa seorang anak SMA melihatnya dengan cara yang sama seperti anak kecil.....?"

"Yah, aku memang selalu memiliki pikiran seorang bocah, kau tahu."

Aku sungguh tidak tidak tahu bahwa kau tidak memahami romansa para pria.

Ranting pohon ....... Ini adalah barang luar biasa yang mana hanya dengan memegangnya di tanganmu, maka entah bagaimana itu akan mengangkat semangatmu dan membuatmu merasa bisa segalanya. Ketika kau menguasainya, kau akan dapat melihat monster yang perlu kau kalahkan di bidang penglihatanmu.

Itu adalah jalan yang dilalui oleh setiap anak laki-laki. Kupikir banyak dari kami memiliki sejarah kelam membeli pedang kayu saat field trip ketika SD. Aku, tentu saja, dengan senang hati membelinya. Aku yakin itu masih tersegel di belakang lemariku.

Iku menantangku dengan ranting. Jadi aku pun menanggapinya dalam cara menggoda.

Tapi aku takut dengan mata putih Akiyama!

"Iku, ayo kalahkan kakakmu yang kaku itu."

"T-Tapi, Onee-chan menakutkan......?"

"Dia tidak menakutkan. Karena ...... kita memiliki pedang terkuat, bukan?"

"Benar!"

Iku dan aku menyatukan tinju dan membentuk aliansi.

"Iku imut kami sudah terpengaruh. ......Dia akan ternoda nanti. Soyoka, kalahkan kakakmu."

Soyoka, yang sedang mengamati semut, melihat ke arah suara Akiyama.

"Apakah kita membutuhkan ranting?"

"Tidak perlu. Mengalahkan kakakmu itu mudah. Oke? Ranting itu tidak keren."

"Oke!"

"Anak yang baik."

Akiyama berjongkok dan menepuk kepala Soyoka.

Apakah kau benar-benar tidak menyukainya ketika Iku semakin bersemangat denganku.....?

"Onii-chan, aku datang!"

Soyoka berdiri di depanku dengan senyum polos.

"Soka lebih baik dari ranting!"

Dan kemudian, dia menyatakan itu dengan tangan di pinggulnya.

Dia meraih ranting yang kupegang dengan kedua tangan dan mencoba mematahkannya. Tapi sepertinya itu terlalu sulit untuk dipatahkan, jadi dia melemparkannya ke semak terdekat.

"Oh, tidak!"

Aku bergidik memikirkan apa yang akan dikatakan Akiyama kepadaku, tetapi Soyoka tetap sama seperti biasanya. Atau mungkin dia hanya mencoba untuk diperhatikan.

"Itu benar. Soyoka lebih kuat dari ranting. Seperti yang diharapkan dari Soyoka!"

"Aku bukan tandingan Soyoka-chan."

"Ya, tidak mungkin untuk menyakiti Soyoka."

Iku ikut mengaku kalah dan membuang ranting yang dipegangnya.

Ya, ranting adalah sesuatu yang membuatmu cepat bosan setelah bersenang-senang dengannya.

"Hehehe, bagus."

"Kerja bagus."

Akiyama dan Soyoka terlihat penuh kemenangan.

Apa-apaan ini, aku merasa mereka sudah menjadi teman baik juga. Tapi itu hal yang baik.

Kami berempat berjalan-jalan di sekitar taman sebentar, membuat banyak kebisingan.

Kami tidak memiliki tujuan tertentu, tetapi berjalan-jalan seperti ini saja sudah cukup menyenangkan. Hanya sekitar satu jam lagi menuju jam makan siang, jadi ayo jalan-jalan sambil istirahat secukupnya.

"Senang sekali rasanya bisa berjalan-jalan santai seperti ini sesekali, bukan?"

"Kyota, jangan cuma berdiri disana dan berhati-hatilah. Taman ini penuh dengan bahaya. Oh, Iku hampir terjatuh lagi......!"

Akiyama sepertinya selalu waspada dan memperhatikan setiap gerakan Iku.

Seperti biasa, dia memiliki rasa tanggung jawab yang kuat.

"Iku, jangan dekat-dekat air. Bahkan di balik tali pun jangan. Ayo main di tempat terbuka yang luas, oke?"

"......Ya."

Iku dengan enggan menuruti kata-kata Akiyama.

Aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku juga tidak ingin Soyoka terluka, dan aku ingin melindunginya dari segalanya. Tapi aku juga ingin Soyoka tumbuh dengan bebas!

"Kau tahu, aku hanya akan membantunya ketika dia benar-benar berada dalam bahaya."

"Kamu mengatakan itu lagi ....... hal sekecil apa pun dapat menyebabkan kecelakaan besar. Kamu telah melihat kecelakaan anak-anak di berita, bukan? Tidak ada yang namanya terlalu berhati-hati. Kamu harus tetap menjauh dari hal-hal berbahaya sejauh mungkin."

Memang, daftar kecelakaan yang melibatkan anak-anak akibat kecerobohan tidak ada habisnya. Aku juga sering melakukan pembicaraan ini dengan Soyoka.

Mungkin karena itulah, aku merasa ada lebih banyak larangan bermain daripada saat aku masih kecil. Di banyak taman kecil, bermain dengan bola dilarang, dan peralatan taman bermain yang menyebabkan kecelakaan diturunkan. Kupikir ini adalah tren saat ini.

Dan mungkin ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kemungkinan terjadinya kecelakaan harus diniminalkan serendah mungkin.

Aku mengerti itu, tapi aku tetap ingin menghormati keinginan Soyoka.

"Yah, itu benar. Tapi aku yakin Soyoka juga pasti memiliki hal-hal yang ingin dia lakukan."

"Oh, jadi kamu tipe pria laissez-faire, hmm?"
[TL: Biarkan apa adanya.]

Akiyama menyimpulkan.

"Maaf, aku tidak mencoba menyangkalmu Kyota. Aku tidak tahu apa ...... hal yang benar untuk dilakukan."

"Itu juga berlaku untukku. Kupikir kuncinya adalah keseimbangan. Aku ingin Soyoka tumbuh dengan bebas, jadi aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengganggunya. Aku bersedia membantunya hanya saat ketika dia membutuhkannya."

"Ini karena ...... aku tidak ingin menyesalinya lagi. Karena kamu tidak pernah tahu kapan atau di mana kecelakaan akan ...... terjadi, bukan? Itu bisa terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan......."

Mendengar suara Akiyama yang penuh penekanan, aku tercengang.

Yah, ayah Akiyama mengalami kecelakaan ....... jadi ketika aku memikirkannya, kupikir itu wajar jika Akiyama melakukan apa yang dia lakukan sekarang ini.

"Ya, kau benar."

Topiknya menjadi agak gelap, jadi aku memutuskan topik pembicaraan.

Sementara kami berbicara, Soyoka dan Iku terus berjalan. Ini jalan lurus, jadi kami tidak akan tersesat, tapi tetap berbahaya karena jika kami tidak berhati-hati, kami bisa saja tersesat. Akiyama benar, kita harus berhati-hati.

Yah, karena aku selalu mengawasi Soyoka, jadi dia akan baik-baik saja!

"Sensei, ketemu!"

Soyoka berhenti dan menunjuk sesuatu dengan cepat.

Soyoka berlari ke arah gurunya, yang sedang memegangi plakat bergambar jerapah yang lucu.

Ini adalah salah satu poin stamp rally.

"Harta karun, dapat!"

Soyoka berlari kembali dan menunjukkan kartu di lehernya. Ada stiker jerapah di atasnya, persis seperti plakatnya.

"Wah, selamat."

"Apakah Soka menjadi kaya?"

"Kalau cuma satu tidak akan membuatmu kaya."

"Ayo, Onii-chan, cari lagi!"

Termotivasi setelah mendapatkan yang pertama, Soyoka buru-buru menarik lenganku.

Nah, meskipun kau mengumpulkan semuanya, kau tetap tidak akan menjadi kaya.

"Soyoka-chan, aku juga akan membantu."

"Aku akan memberimu setengah dari uangku!"

"Terima kasih.....?"

Stamp rally tampaknya telah menarik hati sanubari mereka berdua. Ini memang salah satu acara TK. Mereka mengenal anak-anak mereka dengan baik.

"Jika kita menginginkan efisiensi, haruskah kita berpisah dan mengumpulkannya sendiri-sendiri?"

"Tolong seriuslah soal rekreasinya juga!"

"Cuma bercanda." kata Akiyama, menjaga wajahnya supaya tetap lurus.

Seperti biasa, lelucon Akiyama sulit dimengerti!

***

Setelah mengumpulkan keempat stiker, saatnya makan siang.

Dengan semua kartu terisi, Soyoka sangat senang.

"Apakah ini akan membuat keinginanku menjadi kenyataan?"

Tampaknya sebelum aku menyadarinya, mereka telah menjadi jenis stiker yang membuat keinginan menjadi kenyataan saat dikumpulkan.

Yah, jika itu keinginan Soyoka, aku pasti akan mewujudkan semuanya!

"Yup. Kalau begitu ayo makan siang."

Atas aba-aba dari guru, masing-masing orang tua dan anak yang telah berkumpul mulai menggelar sprei bersantainya.

Ada yang berkumpul dalam rombongan teman dekat, ada pula yang makan sendiri-sendiri. Karena satu-satunya area yang tersedia adalah sudut alun-alun, jadi di sini cukup ramai. Ada persaingan sengit untuk tempat-tempat teduh pada khususnya.

Aku membentangkan sprei bersama Akiyama saat kami melihat sejumlah pulau sedang dibuat.

"Bento!"

"Lapar!"

"Lapar!"

Soyoka dan Iku gelisah.

Bagi mereka berdua, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ini adalah acara utama field trip orang tua-anak.

Soyoka duduk tegak di atas sprei. Bergoyang dari sisi ke sisi, dia mengintip tanganku.

"Haha, aku membuat makan siang yang sempurna hari ini, Soyoka!"

"Sempurna.....! Luar biasa!"

Tiga kotak bento berukuran biasa diletakkan di hadapan Soyoka.

Sebenarnya aku berniat untuk menggunakan kotak bertumpuk, tetapi aku memutuskan untuk tidak melakukannya karena itu membutuhkan terlalu banyak imajinasi. Aku bukan pemakan besar, jadi tidak perlu membuat banyak makanan ketika ini hanya untuk kami berdua dengan anak berumur tiga tahun di antaranya.

Sebaliknya, aku hanya ingin itu terlihat dan terasa lezat. Semakin kecil semakin baik.

Aku membuka tutupnya dan mendesak Soyoka untuk melakukan hal yang sama.

"Ho!"

"Bolehkah aku membukanya?"

"Ya, tentu. Asal jangan sampai berantakan."

"Oke!"

Soyoka dengan bersemangat meletakkan tangannya di tutup kotak bento yang kami bawa.

"Pop!"

Soyoka membuka tutupnya sambil membuat efek suara dengan mulutnya.

Aku menantikan ...... bagaimana dia akan bereaksi, tetapi dia meletakkan tutupnya di samping tanpa mengatakan apa pun secara khusus.

"Eh?"

Tidak ada reaksi? Kau bisa saja membuat kakakmu menangis, tahu?

Soyoka meraih kotak bento kedua dengan tangannya yang masih berada di posisi yang sama. Dengan tangan yang terlatih, dia meletakkan tutupnya di samping. Akhirnya, dia membuka kotak bento ketiga tanpa reaksi apa pun.

"---!"

Mata Soyoka terbelalak saat dia menghadap kotak bento yang akhirnya terbuka secara keseluruhan.

"Luar biasa! Lucu sekali! Kelihatannya enak!"

Dia berdiri dan bertepuk tangan dengan gembira.

"Ya, aku tahu itu! Kelihatannya enak, bukan!"

"Onii-chan jenius!"

Aku sangat terharu ahhh.

Reaksinya sangat tipis sehingga kupikir itu mengecewakannya! Daripada bereaksi satu per satu, sepertinya ia hanya mengutamakan pembukaannya dulu.

Jika ia kecewa dengan ini, aku mungkin harus tidur sebentar sekarang ...

"Iku, lihat! Onii-chan Soka membuatnya!"

"Kyota-niichan, bagus sekali."

"Biasa saja."

Soyoka tersenyum dan membanggakannya kepada Iku.

Aki senang ....... rasanya layak untuk bangun pagi dan bekerja keras.

"Ngomong-ngomong, bento pertama adalah onigiri. Aku menggunakan nori untuk menggambar wajah dan karakter hati di atasnya. Yang kedua adalah lauk. Aku sangat bangga dengan asparagus yang dibungkus dengan daging dan ayam goreng. Yang ketiga adalah buah-buahan dan sayur-sayuran. Aku memastikan untuk menyeimbangkan keseimbangan gizi......."

"Itadakimasu!"

Dia tidak mendengarkan presentasiku!

Oh, baiklah, tidak apa-apa. Yang penting adalah rasanya. Yang terbaik adalah membuat Soyoka menikmati makanannya.

Aku membuatnya agar semuanya bisa dimakan dengan tusuk gigi, jadi mudah untuk dimakan di atas sprei. Soyoka mengambil satu tusuk gigi dan melemparkan lauk ke mulutnya.

"Mmm! Enak!"

Soyoka tergagap, mulutnya penuh dengan ayam goreng.

"Ini enak, bukan?"

"Ya! Enak!"

"Ya, nilai tertinggi!"

Aku mendapat pujian terbesar dari Soyoka. Tidak, aku tidak tahu berapa nilai maksimalnya.

"Iku, bento ini juga luar biasa."

"Apa kau yakin......?"

"Kamu sangat kasar."

Saat aku mendekatinya dengan sedikit perhatian, Akiyama memelototiku.

"Sebagian besar ibuku yang membuatnya."

"Iku, selamat."

Itu melegakan.

Akiyama yang berwajah pahit membuka kotak bento miliknya, yang ternyata berisi berbagai hidangan yang indah. Itu jelas adalah pemampilan dari seseorang yang bisa memasak. Itu modis, tetapi juga dilapisi dengan lauk pauk yang disukai anak laki-laki.

"Hohoho ...... sangat cerah dan penuh warna. .....Begitu, melihat cara bersinarnya, apakah itu wortel? Bahkan anak-anak dapat dengan mudah memakannya dan warnanya bagus......"

"Tolong jangan menganalisis bento milik orang lain dengan sangat serius."

"Tidak apa-apa, aku cuma melihatnya."

"Tidak."

Saat aku menatapnya, Akiyama menyembunyikan kotak bento miliknya dariku. Aku ingin mencuri tekniknya dengan mataku!

Tidak seperti putrinya yang kikuk, ibunya tampaknya adalah juru masak yang baik. Kalau dipikir-pikir, aku ingat bahwa rumah yang pernah kumasuki di kediaman Akiyama juga didekorasi dengan stylish.

Kegembiraan Iku sangat tinggi saat melihat bento yang tampak lezat ini.

"Oh~ bento Iku luar biasa."

"Makanan ibu enak."

Iku dengan bangga membusungkan dadanya.

Setelah penyajian bento, Akiyama dan aku mulai ikut makan juga.

"Hmm, kalau dipikir-pikir, Akiyama yang membuat omelette itu, kan?"

"......Ya, dia yang melakukannya."

"Heh."

Di sudut kotak bento terdapat empat omelette. Warnanya kuning cerah adalah warna yang bagus dan berpadu dengan cantik bersama bento miliknya.

"Hei, ada apa dengan reaksi itu?"

"Tidak, aku hanya berpikir itu dilakukan dengan indah."

"......Benarkah?"

Akiyama menatapku dengan cemas dengan mulut terkatup rapat. Matanya sedikit lembab saat dia menatapku.

"Apa, kau pikir aku tipe orang yang akan menyanjungmu seperti itu?"

"Tidak, bukan, tapi ......"

"Yah, sisanya hanya soal rasa. Bolehkah aku menyicipinya?"

Dengan itu, aku menusukkan tusuk gigi ke dalam omelette-nya.

"Tunggu..."

Akiyama bergegas menghentikanku, tapi saat itu omelette-nya sudah masuk ke dalam mulutku.

"Aku tidak bermaksud membuat kesalahan, tapi, kamu tahu, aku sedang terburu-buru pagi ini, atau kupikir aku menggunakan terlalu banyak minyak, dan mungkin rasanya tidak enak. Tidak, aku memang mencicipinya, oke? Tapi sudah lama dan dingin, jadi mungkin akan keras......."

"Ya, ini enak."

Aku mengunyah dan menelan dengan hati-hati, menikmati rasanya.

Akiyama menggumamkan sesuatu dengan cepat, tapi ini memang telah dilakukan dengan baik. Meskipun resepnya persis seperti yang kuajarkan padanya, rasanya telah berubah tergantung seberapa baik itu dimasak. Berdasarkan apa yang kumakan, sepertinya itu telah dimasak dengan sempurna.

"Bagus. Kau pasti sudah melatihnya dengan baik."

"Ya? Tidak ...... oh, jelas. Tidak ada yang tidak bisa kulakukan."

"Ya, ya. Tapi serius, ini enak."

Terus terang, aku terkejut.

Ini cuma kurang dari seminggu sejak aku mengajarinya cara membuatnya di rumah kami. Bahkan jika dia berlatih setiap hari selama waktu itu, tidak akan mudah baginya untuk meningkat pesat. Kupikir ini akan memakan waktu beberapa hari lagi baginya.

Aku tanpa ragu menghargai tekadnya terhadap kerja keras.

"Terima kasih ....... ini adalah kehormatan bagiku."

Aku melirik wajah Akiyama dan melihat pipinya sedikit memerah. Berpaling, dia mengutak-atik poninya.

Dia selalu mengolok-olok masakannya, jadi dia mungkin malu dengan pujian yang tak terduga itu.

"Ya, ya. Aku senang kau tumbuh. Kalau begitu, untuk selanjutnya, kau harus menguasai hidangan lainnya."

"Tunggu, itu terlalu cepat."

"Ini tidak terlalu cepat. Tamagoyaki hanyalah lauk sederhana."

"......Kyota, jika kamu mau mengajariku yang berikutnya, maka aku tidak bisa untuk tidak menerimanya."

"Baiklah, anggaplah begitu."

Aku juga bisa belajar darimu, jadi itu adalah memberi dan menerima.

Tamagoyaki adalah hidangan dengan porsi yang jelas dan sedikit langkah. Tidak ada yang rumit, dan kau hanya perlu berkonsentrasi pada penggulungannya. Ini membutuhkan ketangkasan dan keterampilan, tetapi sebagai hidangan, itu sederhana.

Hidangan dengan prosedur rumit membutuhkan berbagai keterampilan. ......Kurasa masih banyak yang harus kuajarkan padanya.

"Onii-chan dan Sumi-chan, akrab."

"Onee-chan ...... sangat jarang ......."

"Mereka mungkin akan menikah. Dan juga bercerai."

Soyoka dan Iku mengatakan hal-hal sesuka mereka sendiri.

Tidak mungkin kami akan menikah. ......Dan jangan terlalu cepat mencoba menceraikan pasangan! Perceraian tidak semenarik citra Soyoka.

Karena pengaruh anime, beberapa orang menganggap perceraian itu lucu. Tidak, menurutku anime juga bukan representasi yang lucu.......

"Soka mau makan telur!"

"Apakah kau ingin bertukar makanan?"

"Tukar......! Mau!"

"Aku ingin asparagus!"

"Oke!"

Soyoka dan Iku mulai bertukar lauk pauk.

Mereka saling memberikan lauk pauk dan makan dengan gembira. Melihat mereka bahagia saja sudah sepadan dengan perjalanannya.

Kami makan dengan harmonis untuk beberapa saat. Ada banyak orang tua dan anak-anak lain di sekitar kami, tetapi mereka tampaknya tidak keberatan.

Tapi ...... Soyoka terkadang melihat sekeliling dan terlihat agak kesepian. Aku menyadarinya, tapi aku tidak bisa berkata apa-apa soal itu.

Apakah kau benar-benar ingin datang bersama ibumu? Bahkan jika kau berpikir demikian, tolong jangan katakan itu. Karena bahkan jika kau mengangguk, aku tidak bisa membiarkannya melakukan itu.

"Terima kasih atas makanannya!"

"Terima kasih atas makanannya!"

Semua kotak bento telah dikosongkan dengan rapi, dan Soyoka serta Iku dengan riang menyatukan tangan mereka.

"Permen!"

Dengan nada yang sama, Soyoka meminta permen. Membuat cawan dengan kedua tangan, "Tolong?" dan membujuk dengan manis.

Memohon ....... seperti yang diharapkan dari Soyoka, dia mengerti bagaimana memperlakukan kakaknya dengan sempurna.

"Tentu saja aku akan memberikannya padamu! Aku punya banyak!"

"Ya! Aku mencintaimu, Onii-chan!"

"Aku pun mencintaimu!"

Maaf karena telah bermesraan di depan umum bagi kalian semua yang tidak memiliki adik perempuan. Karena aku punya adik perempuan yang sangat mencintaiku!

"Kamu berguling di telapak tangannya ....."

"Mau bagaimana lagi, Soyoka terlalu imut."

Tidak masalah jika dia sedikit terlalu imut. Tapi jika itu Soyoka, aku rela diombang-ambingkan sebanyak yang dia mau.

Soyoka dan Iku keluar dari tempat bersantai dengan sekantong makanan ringan. Anak-anak yang lain juga telah selesai makan siang. Anak-anak berkumpul dan mulai mengadakan pesta permen.

Aku memilih permen yang dibungkus satu per satu sehingga mudah ditukar, dan Soyoka langsung menjadi bandar permen yang populer ....... tidak, dia sudah menjadi sangat populer tanpa melakukan itu!

"Haruskah kita mulai bersihkan ini?"

Aku mengemasi kotak bento dan memasukkannya ke dalam tasku.

Setelah makan siang, yang tersisa dari firld trip orang tua-anak adalah naik bus untuk kembali ke TK.

Beberapa anak terlambat makan siang, jadi jam makan siang ditambahkan lebih lama. Sampai waktunya pulang tiba, kegiatan diisi dengan waktu luang.

Aku menghabiskan sisa hari itu dengan mengunyah sepotong dendeng yang dimasukkan ibuku ke dalam tas dan melihat Soyoka yang dengan senang hati bertukar permen dengan teman-temannya

Aku senang Soyoka memiliki banyak teman, aku merasa bangga sebagai kakaknya.......

Setelah itu, kami menaiki bus seperti yang kami lakukan dalam perjalanan kemari dan berpisah di TK.