Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CLBK Via Aplikasi Kencan [Vol 1 Chapter 3]

Reunited With My Former Lover In A Dating App Bahasa Indonesia




Chapter 3: Matching App Memiliki Pengguna Dengan Tujuan Lain Selain Cinta


Kami memasuki kelas, yang sedikit ramai sebelum kelas dimulai.


Sekarang musim dingin dan cukup dingin di luar.  Aku meletakkan jaket hitamku di belakang kursiku, yang terasa agak terlalu panas saat dipakai.


Masih ada waktu sebelum dosen datang, jadi aku membuka Connect entah bagaimana.


Aku membuka Connect dan mendapati diriku berbicara dengan Akari, yang telah berteman denganku tanpa mengetahui bahwa itu adalah Hikari.  Ketika aku membacanya lagi, aku merasa malu. Karena identitas asli Akari adalah Hikari.


Aku berpikir, "Akari-san tampak semakin cantik ketika aku berbicara dengannya." tapi, mengapa aku mengirim ini?  Aku ingat bahwa itu adalah hal bodoh yang kulakukan pada diriku sendiri ketika percakapannya mulai gelap.


Tapi respon Hikari terhadap kalimat seperti pengakuan memalukanku adalah, "Aku juga.  Aku tertarik pada Kakeru-san meskipun kita belum bertemu." itu pasti lebih memalukan baginya.


Sementara aku menyeringai pada diriku sendiri, aku melihat seorang gadis yang duduk di sebelahku sedang menatapku.


Aku aneh, bukan?  Aku melihat ponselku dan malah malu sendiri.


Aku menutup chat dengan Akari dan entah bagaimana membuka halaman teratas.


Di halaman atas, rekomendasi aplikasi untuk lawan jenis ditampilkan.  Enji memberitahuku bahwa para gadis yang lebih populer akan ditampilkan di bagian atas halaman teratas, supaya mereka lebih mudah dilihat.


Jika itu masalahnya, maka para gadis di bagian atas halaman pasti sangatlah populer.


Dia tentu saja cukup cantik untuk disebut selebritas. Jika aku menggambarkannya sebagai tipe Asuka Saito, dia terlihat seperti Asuka Saito, idol yang terkenal dengan wajah mungilnya.  Namanya Kokoro-san.


Anehnya, ketika aku melihat foto Kokoro, aku merasakan deja vu yang aneh.


Kupikir wajar untuk merasakan deja vu karena dia terlihat seperti idol.


Tetapi aku segera menjadi yakin bahwa bukan itu masalahnya.  Aku mengirim "like" untuk mengetesnya.  Enji telah mengatakan kepadaku untuk mengirim banyak "like".


Kemudian, gadis yang tadi menatapku dengan gelisah mengangkat ponselnya.


Kupikir itu adalah timing yang terlalu tepat, tetapi kemudian aku melihat wajah gadis itu.


"Huh......?"


Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.


Yang duduk di sebelahku adalah seorang gadis cantik yang mirip dengan Asuka Saito, yang baru saja kukirimkan "like".


"Apakah kau Kokoro-san, secara kebetulan?"


Aku tidak memasang fotoku di halaman Connect milikku.  Itu adalah omurice.  Dan tentu saja itu bukan berarti wajahku adalah omurice.


Dengan kata lain, dari sudut pandang Kokoro-san, dia tiba-tiba didekati oleh seorang pria yang tidak dia kenal.


Dia imut dan aku yakin dia kerap digoda di jalan.


Aku sangat tergerak hingga aku tanpa sadar memanggilnya karena secara kebetulan aku berdiri di samping seseorang yang kulihat di Connect, tetapi dia pasti mengira kalau aku mencoba menggodanya.  Aku tidak senang tentang hal itu.


Aku membuat penilaian seperti itu dalam waktu kurang dari satu detik setelah aku memanggilnya, dan aku sangat menyesalinya.


Tidak peduli seberapa tergeraknya aku, aku seharusnya tidak mendekatinya secara tiba-tiba.


Kokoro-san ketakutan, dan dia tetap membeku dan tidak bergerak.


"Aku minta maaf karena memanggilmu tiba-tiba.  Aku melihatmu di Connect dan menjadi sedikit tergerak karena melihat orang yang sama di sebelahku."


Aku membuat alasan dengan senyum yang tidak biasa.


"Tidak, tidak.  Cuma i-itu saja.  ......Maaf......"


Aku berbalik menghadap ke depan ruangan, berpikir bahwa aku telah membuatnya takut dan aku harus meninggalkannya sendirian.


Setelah beberapa saat, Kokoro-san, yang telah membeku, mulai menyentuh ponselnya dengan gemetar.


Aku bertanya-tanya apakah aku telah membuatnya cukup takut untuk membuatnya gemetaran seperti itu, dan aku merasa sangat menyesal atas apa yang telah kulakukan.  Kemudian, ponselku berdering.


Notifikasinya datang dari Connect.


Aku terkejut saat melihat pesan, [Anda telah dicocokkan dengan Kokoro-san] dan menatap ke arahnya.


Mata kami langsung bertemu.  Rambut hitam panjangnya tergerai dengan halus, dan aroma lembut kekanak-kanakan yang manis mencapai hidungku dari jarak sekitar ... 10 meter.


Dia mengarahkan ponselnya ke arahku dan menatapku dengan tatapan bertanya.


Di layarnya terdapat foto omurice. Mungkin dia ingin tahu apakah itu aku.


Aku menganggukkan kepalaku sekitar lima kali berturut-turut dengan kelincahan yang biasanya tak terbayangkan, dan menjawabnya dengan tegas.


[Halo, Kakeru-san. Kebetulan sekali (lol).]


Pesan itu memiliki suasana yang tidak terduga, seolah-olah dia tidak membenciku meskipun aku telah membuatnya takut.


Aku tidak tahu mengapa dia mengirimiku pesan meskipun aku berada tepat di sebelahnya, tapi karena Kokoro-san yang melakukannya, aku memutuskan untuk mengiriminya pesan di connect juga.


[Aku minta maaf karena memanggilmu tiba-tiba.  Aku tidak menyadari bahwa kita berada di universitas yang sama dan duduk bersebelahan.  Aku sangat terkejut hingga tanpa sadar memanggilmu (lol).  Kurasa aku telah membuatmu takut...]



[Tidak!  Sebaliknya, aku cukup senang karena kamu berbicara padaku.  Tolong teruslah bicara padaku...]


Aku agak tertawa saat mendengar kata-kata aneh "tolong teruslah bicara padaku."


Kokoro-san sedikit berbeda dari yang kubayangkan.


Tampaknya dia tidak membenciku, tetapi aku ingin tahu mengapa dia bersusah payah mengirimiku pesan melalui Connect alih-alih langsung bicara kepadaku.


"Um, kenapa kau harus repot-repot mengirimiku pesan?"


Saat aku bertanya langsung padanya sambil tersenyum, bahunya terangkat, dan ekspresi Kokoro-san yang tadinya tersenyum bahagia, tiba-tiba mendung.


"M-Maaf......"


"Ah, tidak, tidak.  Aku tidak marah."


Aku berusaha secerah mungkin, mengangkat sudut mulutku untuk menunjukkan bahwa aku tidak punya niat bermusuhan dengannya.


"M-Maaf......"


Tapi dia tetap meminta maaf.


Aku benar-benar terganggu pada fakta bahwa dia telah mengeja "su" menjadi "shyu" barusan.

[TL: Dia ngomong "Sh-Shyumimasen!"]


Mengapa dia berbicara kepadaku secara normal dalam pesan, tetapi saat berbicara langsung, dia malah meminta maaf?


Sementara aku sedang memikirkan hal ini, dosen datang dan kelas dimulai.


Selama kelas, yang bisa kupikirkan hanyalah Kokoro-san, dan aku tidak bisa berkonsentrasi pada kelasnya.  Dia sangat tertekan sehingga aku berpikir apakah dia jatuh cinta padaku?


Pada akhir kelas, aku mendapat jawabannya.


Sementara para mahasiswa lain meninggalkan kelas satu demi satu, aku memanggil Kokoro-san, yang tetap membeku sampai akhir kelas.


"Kokoro-san, apakah kau pemalu?"


Tidak mungkin gadis cantik seperti itu tidak punya pacar.


Dia populer bahkan di aplikasi kencan, dan aku yakin dia pasti telah bertemu dengan seseorang dari lawan jenis.


Tapi aku masih tidak mengerti mengapa dia menggunakan aplikasi kencan.


Aku tidak bisa fokus ke kelas sama sekali, dan setelah berpikir panjang, aku sampai pada kesimpulan bahwa dia hanya malu saat bertemu seseorang untuk pertama kalinya.


Jika kau bertemu seseorang di universitas atau tempat kerja paruh waktu, kau mungkin tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena rasa malumu.  Namun, bahkan jika kau memiliki rasa malu yang kompleks pada aplikasi kencan, kau tidak akan mengetahuinya sampai kau bertemu dengannya.


Itu mungkin alasan mengapa Kokoro-san memutuskan untuk menggunakan aplikasi kencan untuk menemukan kecocokan.


"Y-Ya, itu benar ...... aku malu dan aneh......."


Apakah maksudmu dengan "malu dan imut"?


Hanya ada kami berdua, Kokoro-san dan aku, di dalam kelas, yang sangat sunyi hingga suara terkecil pun bisa terdengar.


Yang bergema di sini adalah suara keroncongan yang nyaring.


Yang pertama bereaksi terhadap suara itu adalah Kokoro-san, yang memegangi perutnya di depanku.


Telinga dan wajahnya ternoda merah, dan sudah jelas perut siapa yang baru saja keroncongan.


"Um, bukankah seharusnya kau makan siang-------?"


"Ugh... ya..."


Kokoro, yang wajahnya memerah, mendorong tangannya masuk ke tasnya untuk mengeluarkan sesuatu dari sana, tetapi dia memiringkan kepalanya karena sepertinya dia tidak menemukan apa yang ia cari.


Meskipun kami bertemu secara kebetulan, itu mungkin dianggap sebagai gangguan jika ak tinggal lebih lama lagi, dan aku juga mulai kelaparan.


Aku hendak meninggalkan Kokoro-san dan menuju kantin.  Tapi aku tidak bisa meninggalkan Kokoro-san, yang menatapku seolah meminta bantuanku........


"Apa kau lupa bawa makan siang yang biasanya kau bawa?"


Dia tidak mengatakan apa-apa, atau lebih tepatnya, dia tidak bisa mengatakannya, dan hanya bisa menggerakkan kepalanya.


"Apakah kau tidak pergi ke kantin atau semacamnya?"


"Aku hanya membawa uang elektronik......."


Suara yang tidak bisa ditahan masih terdengar dari perut Kokoro-san.  Aku yakin aku akan merasa bersalah jika aku membiarkannya seperti ini.


"Jika kau tidak keberatan, aku bisa mentraktirmu.  Kau ada kelas di sore hari, jadi kau tidak bisa untuk tidak makan, bukan?"


"M ....... M-Maaf......."


"Aku tidak bisa mengabaikannya ketika kau membuat suara sekeras itu."


"Awawa.....!  Malunya......"


Aku benar-benar baik-baik saja jika ada orang yang mendengar suara perutku yang keroncongan, jadi aku tidak memedulikannya.  Tapi aku tahu, para gadis pasti malu dengan hal semacam itu.


Aku menerima pesan dari Kokoro-san, yang sedang meringkuk dan mengetik sesuatu di ponselnya.


[Terima kasih banyak.  Tapi aku minta maaf karena membuatmu mentraktirku, jadi aku berjanji akan membayarmu kembali besok.......]


Aku tersenyum pada Kokoro-san, yang membungkuk dalam-dalam padaku setelah mengirimkan pesan, dan aku juga membalas melalui Connect.


[Baiklah.  Ayo kita pergi...]


Aku menuju kantin bersama Kokoro-san, yang berjalan sekitar satu meter di belakangku.


Ketika sedang dalam perjalanan ke kantin, ponselku berdering dan aku menerima pesan dari Enji yang mengatakan, "Sho-chan, ayo makan siang bersama!" lalu aku membalas, "Maaf, aku tidak bisa hari ini." dan tiba di kantin yang ramai, di mana ada pertempuran untuk mendapatkan kursi.


"Kokoro-san, aku akan membeli makanannya, jadi tolong amankan tempat duduk untukku."


"Y-Ya......!  Aku akan melakukan yang terbaik!"


Kokoro-san mengepalkan kedua tangannya.


Tidak ada orang yang mengambil kursi dengan antusiasme sebanyak itu, dan aku yakin dia pasti bisa mengamankan kursi untukku.


Mempercayai Kokoro-san, aku mengantri di mesin tiket untuk membeli tiket makanan.


Aku memesan kari katsu karena Kokoro-san bilang, "Aku mau makanan yang sama dengan Kakeru-san------!"


Karena tidak tahu di mana dia duduk, jadi aku melihat sekeliling.


Meskipun ramai, tapi ada ruang di mana tidak ada orang yang duduk.  Namun jika diperhatikan lebih dekat, tampak ada seorang mahasiswi sedang duduk di tengahnya.


"Kenapa tidak ada orang yang duduk di area itu......?"


Tidak tahu di mana Kokoro-san berada, aku pun berjalan menuju ruang kosong tersebut.


Ketika aku semakin dekat, aku secara bertahap bisa melihat gadis itu dengan lebih jelas dan akhirnya mengenalinya.  Gadis itu adalah Kokoro-san.


"Kokoro-san, kau di sini?  Tempat ini benar-benar kosong, bukan?  Oh, ini kari katsu milikmu."


"Oh, terima kasih Kakeru-san......!  Ah, terima kasih banyak.......!"


Kokoro-san menatap karinya dengan mata bersinar seolah dia telah menemukan harta karun.  Apanya yang hebat tentang itu?  Itu hanya kari katsu yang terkenal di kantin.  Aku yakin semua mahasiswa di universitas ini tahu tentang itu, dan tidak ada yang tidak pernah memakannya sebelumnya.


Aku justru lebih tertarik tentang mengapa tidak ada orang di sekitar Kokoro-san?

 

[Apakah terjadi sesuatu sebelum aku datang?]


Aku mengiriminya pesan melalui Connect, berpikir bahwa mungkin sulit baginya untuk mengatakan sesuatu karena orang-orang di sekitarnya, dan juga karena aku khawatir pada Kokoro-san, yang sangat pemalu.


[Aku sudah seperti ini sejak dulu.  Aku mungkin membuat semua orang takut karena saking pemalunya dan tidak ramah.  Maka dari itu aku jarang datang ke kantin...].


Aku tidak bisa setuju dengan pernyataan itu.


Aku mengerti bahwa cara dia memandang kari katsu memang tidak normal.  Tapi aku juga mengerti kalau Kokoro-san memang pemalu.


Tapi dia bukan tipe orang yang harus ditakuti.  Dia tidak memiliki tampilan yang buruk di matanya, juga tidak memiliki penampilan yang parah dalam pakaian atau aksesorisnya.


Dia terlihat seperti personifikasi dari kerapian dan kebersihan, dengan rambut hitam panjang yang indah yang tampaknya tidak kusut.  Dia memakai blus putih bersih dan cantik dan rok hitam.  Siluet ramping gaun ini sangat pas dan memamerkan style Kokoro-san.  Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, tidak ada yang kasar tentangnya.


"Tentu saja tidak seperti itu.  Kokoro-san, kurasa kau harus lebih percaya diri."


"Hitsu......"


Kokoro-san bereaksi dengan suara aneh pada kata-kata lanjutanku.


"Apakah kau memulai Connect sebagian untuk mengatasi rasa malumu?"


"Ya, benar ....... aku selalu ingin memperbaikinya, tapi ..... itu sulit ........ kamu sendiri ....... bagaimana, Kakeru-san....?"


Hal pertama yang terlintas dalam pikiranku adalah wajah Hikari.


Tetapi jika aku tiba-tiba mengatakan bahwa aku sedang mencoba untuk melupakan mantan pacarku, yang merupakan niatku yang sebenarnya, orang pasti akan berpikir bahwa aku adalah banci yang masih terpaku pada mantannya.


Aku tidak mau dianggap begitu.


"Temanku merekomendasikannya padaku....."


Aku tidak bohong.  Jika Enji tidak merekomendasikanku untuk bergabung, aku tidak akan pernah bergabung.


"Oh, begitu.  Apakah kamu sudah bertemu orang yang tepat?"


"Yah, aku bertemu mantan pacarku, hmm?"


Aku mengatakan kepadanya bahwa aku bertemu mantan pacarku lagi sebagai sebuah cerita.


Chemistry-nya sangat bagus sehingga aku bertemu dengannya tanpa mengetahui seperti apa penampilannya, dan ketika aku bertemu dengannya, dia ternyata adalah mantan pacarku.


Jadi, ini bukan tentang penyesalan.  Kuharap Kokoro-san akan mengerti itu.


"Kebetulan sekali......."


"Benarkah?  Aku juga terkejut."


"Kamu tidak menyesal?"


Mendengar pertanyaan itu, senyum yang kubuat membeku sesaat.


Sudah setahun sejak kami putus, tapi aku masih ingat dengan jelas hari-hari yang kuhabiskan bersama Hikari.


Bukannya aku masih mencintainya, tapi jika bukan karena itu, kami tidak akan pernah memulai hubungan kami........


"Tidak, aku tidak menyesalinya."


Jeda membuatku kehilangan semua kredibilitas, tapi Kokoro-san tidak menanyakannya lagi.


Aku mungkin telah membuatnya merasa tidak nyaman.


Akan lebih baik untuk membuat cinta yang baru lewat Connect agar bisa melupakannya lebih cepat.  Misalnya, berkencan dengan ....... Kokoro-san yang ada di depanku.


Setelah itu, kami berbicara sedikit dan berpisah hari itu.


Nama asli Kokoro-san adalah Hatsune Shin.


Aku merasa bahwa itu adalah nama yang bagus yang cocok dengan auranya.


Aku memberitahunya nama asliku juga, dan kami saling memanggil dengan nama pengguna Connect kami, "Kakeru" dan "Kokoro" dalam percakapan berikutnya.


Setelah Kokoro-san dan aku berpisah, aku pergi ke tempat kerja paruh waktuku.


Aku tidak punya kelas di sore hari.


Ketika aku tiba di kafe tempatku bekerja, Enji, yang mulai bekerja pada saat yang sama denganku, sedang berganti pakaian.


"Oh, Sho-chan, selamat pagi.  Kau makan siang dengan siapa?  Aku mengundangmu makan siang karena kita berdua memiliki pekerjaan paruh waktu yang sama!"


"Maaf, itu terjadi begitu saja."


"Ayolah ceritakan padaku?"


Baru-baru ini, aku mengalami dua pertemuan ajaib, dan meskipun aku bukan tipe orang yang suka membicarakan tentang kehidupan pribadiku, aku tetap merasa ingin membagikannya dengannya.


"Seorang gadis yang dicocokkan denganku di Connect duduk di sampingku di kelas.  ......Kami memutuskan untuk makan siang bersama dengan cara seperti itu."


"Apa?!  Kebetulan yang luar biasa!"


"Benar, kan?  Itu benar-benar membuatku takut."


"Siapa namanya?  Aku seharusnya mengenalnya jika dia dari kampus yang sama, bukan?"


Kokoro-san sangat pemalu dan bukan tipe orang yang suka bergaul dengan orang lain.  Aku tidak bermaksud kasar, tetapi dia mungkin tidak memiliki banyak teman.


Aku bahkan tidak tahu namanya, apalagi keberadaanya, tapi Enji, yang berinteraksi dengan semua jenis orang dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mungkin mengenalnya.


"Itu adalah seorang gadis bernama Hatsune Shin.  Ia tampaknya berada di departemen yang sama denganku."


"Ehhhh!!!"


Teriakan Enji bergema di ruang ganti yang sempit.  Jika itu mencapai bagian dalam toko, pelanggan pasti akan terkejut.


"Diamlah.  Ada apa?  Apa kau kenal dia?"


"Sho-chan, kau tidak akan memberitahuku bahwa kau tidak mengenal gadis itu, kan?"


"Tidak, aku tidak mengenalnya."


"Sho-chan, kau seharusnya sedikit lebih tertarik pada orang lain......"


"Apa dia terkenal?"


"Tentu saja terkenal!  Tidak ada seorang pun di universitas kita yang tidak tahu siapa dia!  Dia adalah madonna!"


"Tidak, aku tidak tahu itu."


"Dia sangat suci sehingga tidak ada yang bisa memasuki radius tiga meter dari tempat Hatsune-san berada!"


Settingnya seperti manga.  Apakah itu sebabnya tidak ada yang mau duduk di dekat Kokoro-san di kantin?


Tapi jika itu benar, itu menyedihkan karena dia salah memahaminya dan mengira bahwa dia ditakuti.


"Bukankah kau berteman dengannya?   Karena kau adalah Enji, kau seharusnya berteman dengan semua orang, kan?"


"Hentikan, kau membuatnya terdengar seperti aku orang yang tidak punya prinsip."


"Bukankah memang begitu kenyataannya?"


"Itu mengerikan ....... sebenarnya, aku pernah mendekatinya sekali."


"Kau tahu, kau adalah seniman pick-up yang tidak berprinsip."


"Astaga, Sho-chan!"


"Maaf, silakan lanjutkan."


Enji menginjak kakiku dengan wajah cemberut.  Tolong berhentilah bertingkah seperti heroine.


"Y-Yah, mau bagaimana lagi.  Aku biasanya tahu apa yang dipikirkan orang lain, tapi aku tidak tahu apa yang dipikirkan Hatsune-san."


"Apakah kau seorang mentalis?"


"Aku belum pernah melihat yang seperti itu selain Sho-chan......."


"Aku seperti itu juga......?"


Memang benar bahwa Enji terkadang mampu menembus ke inti masalah.  Seolah-olah dia bisa melihat ke dalam diriku.


"Hatsune-san, tidak peduli apa yang kukatakan padanya, dia mengabaikanku, tubuhnya bergetar, dan aku tidak tahu bagaimana cara menangkapnya......"


Tampaknya, bahkan untuk Enji, yang dapat berinteraksi dengan orang-orang seolah-olah sedang bermain game, rasa malu Kokoro-san tidak dapat dijinakkan.


"Begitu.  Sepertinya itu karena dia pemalu."


"Ah, benarkah?"


Saat kami berbicara, aku selesai berganti pakaian lebih dulu dari Enji, yang datang lebih awal tapi masih setengah telanjang.


"Kalau dipikir-pikir, kenapa kau memberitahuku tentang hubunganmu dengan Hatsune-san dengan begitu normalnya, tapi kau tidak memberitahuku tentang gadis omurice yang kau kencani sebelumnya?"


Aku menyerah, berpikir bahwa tidak apa-apa untuk memberitahunya sekarang.


Jika terus diam, mungkin akan terlihat seperti seolah-olah aku masih menyimpan beberapa penyesalan, dan karena yang kita bicarakan di sini adalah Enji, aku yakin dia akan menemukan kebenarannya sendiri suatu hari nanti, bahkan jika aku menyembunyikannya darinya.


"Sebenarnya, yang kutemui adalah mantan pacarku."


"Eeeeeeeeehhhhhh!!!!"


"Pelankan suaramu!"


Enji berteriak lebih keras dari sebelumnya.


"Diamlah, kalian berdua!  Aku bisa mendengar suara kalian di sepanjang lorong!"


""Ya--------""


Manajer segera melompat ke ruang ganti dan menegur kami.


Untuk beberapa alasan, aku tidak menyukai fakta bahwa aku ikutan ditegur olehnya.


"Ngomong-ngomong, Sho-chan, kau hebat.  Kau bertemu dua orang, yang satu dari universitas yang sama, yang kebetulan adalah madonna yang duduk di sebelahmu.  Sedangkan yang satunya adalah mantan pacarmu.  Sungguh pertanda aneh, bukan?!  Kau pasti memiliki penyesalan, iya kan?  Apakah kau telah membuat rencana untuk bertemu dengannya lagi?"


"Tidak!  Aku tidak memiliki penyesalan!!!"


"Etdah disuruh diam malah makin-makin!!!"


""Maaf.....!!""


Kali ini suaraku lebih keras.  Aku sangat menyesal.


"Yah, kita masih punya sedikit waktu sebelum pekerjaan paruh waktu dimulai, jadi katakan padaku, kencan seperti apa yang kau jalani?"


"Yah, gimana, yah....."


Saat aku menceritakan semua yang terjadi hari itu, Enji mengangguk mengerti dan mendengarkanku berulang kali.


Ketika Enji selesai mendengarkan semuanya, dia berkata kepadaku, "Jangan terlalu keras kepala atau kau akan menyesalinya nanti." dan berjalan keluar ke aula.


Aku merasa seolah-olah dia benar-benar melihat ke dalam diriku.