Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sekali Kepercayaan Itu Hancur, Maka Habislah Sudah [Chapter 15]

Once Trust Is Broken, It Can’t Be Regained – No Matter What You Say Now, It Won’t Affect Me Bahasa Indonesia




Chapter 15: Bagian Belakang Gym Adalah Tempat Yang Bagus Untuk Mengaku


[POV Renya]


Tubuhku hancur, penuh luka.  Tetapi apa yang kupegang di tangan kananku memberitahuku bahwa aku telah mencapai sesuatu.  Ya, aku selamat dari medan perang dan menang (yakisoba dan roti kari)…!


Badanku sakit semua….  Oh, Amazoness….  Aku mengutuk musuhku karena telah mencabik-cabik tubuhku, dan mencari tempat yang tenang untuk beristirahat.


'Apakah ada orang lain di belakang gym?'


Aku pergi ke bagian belakang gym, karena berpikir kalau tidak akan ada seorang pun di sana, dan duduk.  Setelah mengambil napas, aku meraih rampasan perangku.


"Rasanya enak."


Rampasanku (roti yakisoba) terasa sangat enak sehingga aku tidak bisa untuk tidak mengatakannya.  Tidak heran jika banyak orang rela berperang demi ini.


Ketika aku memutuskan untuk membelinya lagi besok, seorang laki-laki yang aneh datang ke bagian belakang gym.  Dia sepertinya tidak memperhatikanku yang sedang duduk di bawah naungan gedung.


Aku menatapnya dan tiba-tiba menyadari bahwa dia sedang gelisah.  Bagian belakang gym adalah tempat berkumpulnya para yankee dan tempat untuk melakuian pengakuan serta bullying.


Aku tidak ingin menjadi kura-kura ompong, tetapi kupikir akan terlalu merepotkan untuk bergerak sekarang dan ketahuan oleh laki-laki yang gugup itu, jadi aku mempertahankan status quo.


Aku menunggu selama beberapa menit, dan bertanya-tanya siapa orang yang akan diakui olehnya.  Dan orang yang datang adalah teman masa kecilku, Yona Miyamoto.


'Hoo. Yah, itu karena dia populer.'


Begitu aku tahu siapa orangnya, aku langsung membuka kantung roti kari yang belum kumakan.  Meskipun kami adalah teman masa kecil, tapi aku tidak punya niat untuk ikut campur dalam kehidupan cinta seseorang.  Dan perhatianku pun beralih ke roti kari di depanku.


***


[POV Miyamoto]


"Terima kasih sudah datang, Miyamoto-san.”


"Ya.  Jadi apa yang bisa kulakukan untukmu?”


Aku mengatakan itu, tetapi aku tahu apa yang dia inginkan.  Dia memanggilku ke tempat ini.  Kupikir itu untuk mengaku, jika bukan untuk anu.


Aku menghela nafas internal dan menunggu pihak lain mengatakan sesuatu.  Sejujurnya, aku bahkan tidak tahu nama orang ini.  Paling tidak, aku tidak berpikir bahwa dia berada di kelas yang sama denganku.


“Aku menyukaimu, Miyamoto-san.  Aku ingin kau berkencan denganku.”


Seperti yang kuduga, kata-kata pengakuannya keluar.  Aku tahu apa yang harus kukatakan.


"Aku minta maaf.  Aku tidak bisa berkencan denganmu.”


“Yah … bolehkah aku bertanya apa alasannya?”


"Aku tidak terlalu mengenalmu."


Aku baru sekitar sebulan di sini.  Waktu yang terlalu singkat untuk memahami orang baru.  Selain itu, aku bahkan tidak tahu nama orang ini.  Aku tidak akan mau berkencan dengan seseorang yang bahkan belum pernah kuajak bicara.


"Aku mengerti.  Aku akan mengaku lagi setelah kita saling mengenal dengan lebih baik.  Bisakah kita mulai sebagai teman?”


“Tidak apa-apa kalau begitu.  Senang bertemu denganmu."


"Oh, terima kasih karena sudah datang hari ini."


Aku merasa lega saat melihat punggungnya ketika dia berjalan pergi.


"Aku senang dia tidak mencoba memaksakan dirinya padaku..."


Aku mendapat beberapa pengakuan selama bertahun-tahun, tetapi beberapa dari mereka sedikit traumatis karena mereka memaksakan dirinya padaku.  Ketika aku dipanggil oleh orang yang tidak memiliki reputasi baik pada saat itu, teman masa kecilku bersembunyi di dekat kami dan itu tidak menjadi masalah besar karenanya.


“Dari cara dia berbicara kepadaku, kupikir dia akan berbicara kepadaku secara agresif…”


Memikirkannya saja membuatku depresi.  Aku selalu pemalu, tetapi setelah dibully, aku jadi selalu dekat dengan teman-teman masa kecilku.  Sekarang, aku jadi bisa berbicara dengan orang yang belum pernah kutemui sebelumnya, tetapi itu melelahkan secara mental.


Aku menghela napas dan menatap payudaraku yang sedang tumbuh.  Sejak mereka mulai tumbuh, aku telah sering dilirik oleh banyak orang.  Orang yang baru saja mengaku padaku juga meliriknya.  Aku tahu itu adalah insting dari seorang laki-laki, tapi itu membuatku risih.


'Tapi payudara ini tidak berguna karena Renya tidak tertarik padanya…'


Aku sedang memikirkan orang yang kucintai yang sedang terasingkan.  Ada saat-saat ketika aku mencondongkan dadaku untuk mendapatkan perhatiannya, tetapi setiap kali aku melakukannya, Ruri (cup B) selalu menatapku.


Saat aku menuju kembali ke kelas, sambil bernostalgia tentang masa lalu, aku melihat bahwa ada seseorang di titik buta dari tempat di mana aku berada.


'Aku penasaran apakah dia mendengarku? Aku jadi sangat malu…'


Aku mencoba untuk pergi dengan cepat, tetapi aku langsung berhenti ketika aku menyadari siapa orang itu.


"Renya-kun?"


[POV Renya]


"Renya-kun?"


Aku ketahuan!  Canggung sekali rasanya…


"Aku minta maaf karena menguping, tapi akulah yang ada di sini terlebih dulu."


Pembukaan percakapan dariku adalah seruan atas ketidakbersalahanku.  Luar biasa…


"Tidak masalah, tapi apa yang kamu lakukan di sini?"


Tidak masalah?  Kau tangguh juga, huh.


"Aku baru saja makan siang di tempat yang tenang.”


Miyamoto menatapku dengan kasihan saat aku mengatakan itu.


“Apakah kamu dibully?  Apa kamu ingin aku ikut makan bersamamu?”


Dia pikir aku makan sendirian karena tidak punya teman.  Tapi bukan, akulah yang ingin makan sendiri, dan aku juga tidak dibully.


"Begitu.  Lega mendengarnya."


Miyamoto tersenyum padaku.  Dia pernah dibully di masa lalu, jadi dia sensitif terhadap pembullyan?


"Permisi."


Miyamoto duduk di sebelahku sambil berkata begitu.  Meskipun kami adalah teman masa kecil, tapi bukankah kamu terlalu sembrono?  Untungnya tidak ada orang di sekitar sini.


“Aku malu jika ada seseorang yang tidak kukenal mengaku kepadaku.”


"Apa kau meledekku?"


Aku tidak suka ketika kau mengatakan itu.  Dan itu adalah hal yang mengerikan untuk dikatakan kepadaku.

[TL: MC mengira dia lagi diledek karena jones + gak punya temen.]


"Bukan itu maksudku.  Aku hanya ingin membicarakannya dengan seseorang.”


"Kurasa aku bukanlah seseorang yang seharusnya kau ajak bicara tentang hal tersebut."


"Aku merasa bahwa dia akan terus berbicara denganku, jadi aku agak takut…”


“Kau tidak mendengarku?”


Dengarkan aku, hei!  Jangan berbicara terus dengan tempomu sendiri!  Yah, aku menyerah dan menghela nafas.  Aku telah banyak menghela nafas akhir-akhir ini, tapi aku bertanya-tanya apakah keberuntunganku masih menyertaiku?


"Dan kemudian dia melirik ke dadaku ketika dia mengaku..."


Tentu saja, jika ada sesuatu yang besar tergantung di sana, kau pasti akan melihatnya.  Itu adalah insting seorang pria.  Tapi mari kita kesampingkan itu.


"Semua orang pada awalnya adalah orang asing.  Mungkin dia adalah orang yang baik untuk diajak bicara."


“Mku!  Apa kau tidak keberatan jika aku punya pacar, Renya?"


"Ini bukan tempatku untuk mengatakan sesuatu."


Kemudian aku berdiri.


"Ah…"


Aku mengabaikan suara samar itu dan mulai berjalan pergi.  Mengapa kau tidak maj berbicara dengannya?  Dia mungkin pria yang baik.  Ah, aku sudah berhenti mempercayai siapa pun, jadi apa yang sedang kubicarakan?


Dan aku pun mengejek diriku sendiri.