Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pria Yang Menolak Diasuh Oleh Kakak Yang Cantik [Vol 1 Chapter 8]

A Man Who Doesn't Want To Be Fed By A Beautiful Onee-san Bahasa Indonesia




Chapter 8: Aku Menghadiri Wawancara Bersama Onee-san


Beberapa hari kemudian di sekolah saat jam istirahat, aku sedang melihat beberapa job magazine.


"Um…"


"Apa-apaan wajahmu itu Eita?"


Kishou duduk di depanku sambil minum kopi dan melihat majalahku.


"Aku sedang mencari pekerjaan paruh waktu."


"Oh, bukan toko?"


"Ya, ini bukan berarti aku bisa bergantung terus pada onee-san selamanya, dan aku ingin mulai mengumpulkan uang jika diperlukan. Aku sudah terbiasa dengan gaya hidup baruku, jadi kupikir sudah waktunya bagiku untuk mulai mencari uang sendiri."


Aku memikirkannya sebagian karena peringatan dari Kishou juga.  Bagi orang yang tidak tahu tentang kami, mereka akan memiliki gagasan aneh tentang situasi kami dan bahkan jika mereka mengetahui tentang situasi yang sebenarnya, mereka tetap tidak akan melihatnya sebagai hubungan yang baik.  Meskipun orang yang sama akan berpikir bahwa ini baik-baik saja, tapi apa yang akan dipikirkan oleh orang-orang di sekitar mereka adalah sesuatu yang lain.  Kalau boleh jujur, tinggal bersama onee-san itu menyenangkan. Pada awalnya, ada banyak masalah yang kuhadapi, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa tinggal dengan seseorang akan semenyenangkan ini. Jika memungkinkan, aku ingin terus seperti ini, selama mungkin.  Tetapi…  Tidak mungkin ini tidak akan berakhir.  Ketika aku mulai merepotkan onee-san, maka aku harus pergi, jadi itu sebabnya aku harus mulai bekerja jika memang diperlukan.


"Itu menggambarkan dirimu sekali. Sesuatu seperti pekerjaan pengurus rumah tangga penuh waktu untuk seorang pria adalah pekerjaan yang ideal dalam masyarakat kita, bukan? Onee-san punya cukup uang untuk sepenuhnya menghidupkan kembali kehidupan dari beberapa orang, yang mana itu cukup untuk mendukungmu, dan itu bahkan masih bisa untuk mendukungmu meskipun kau telah mati."


Kishou cemburu dari dalam lubuk hatinya ... huh?  Bukankah kekuatan finansial onee-san belum diketahui?  Tunggu … apakah aku pernah memberitahumu bahwa onee-san itu kaya?


"Tapi, bukankah kau dipecat dari toko tempatmu bekerja karena orang tuamu tidak ada?  Ayahmu masih hilang, jadi kau tidak akan bisa dipekerjakan sampai dia kembali, bukan?"


"Yah, itu mungkin benar, tetapi aku mulai membuat beberapa rencana untuk melihat apakah ada lowongan, kupikir pasti akan ada satu atau dua tempat di luar sana yang dapat mempekerjakanku tanpa mempedulikan tentang hal itu."


"Begitu..."


Kemungkinan besar sebagian besar dari mereka akan menolakku untuk alasan yang sama, tapi jika aku dapat menemukan pekerjaan yang cocok dimana aku tidak akan ditanyai terlalu banyak tentang situasiku, maka aku tidak terlalu peduli pekerjaan apa itu."


"Aku akan membantumu mencarinya."


Setelah mengatakan itu, Kishou mengambil salah satu majalahnya.


"Terima kasih banyak."


Jadi, Kishou dan aku menggunakan waktu istirahat kami untuk mencari lowongan pekerjaan.


***


Beberapa hari berlalu setelah itu, Kishou dan aku menandai beberapa pekerjaan, ada beberapa disana seperti toko cabang, supermarket, toko ramen, pekerjaan antar kirim, dll.  Sebenarnya, tempat yang mempekerjakan anak SMA sangat terbatas, tetapi untuk saat ini, aku sudah mulai menghubungi beberapa.  Melakukan itu membuatnya terlihat seperti supermarket terdekat sedang membuka lowongan, dan kami menjadwalkan wawancara untuk minggu depan.  Waktu terus berlalu dan ini adalah hari Rabu di minggu berikutnya, jadi aku menuju Hall setelah meninggalkan sekolah.


"Bagus…"


Ini adalah wawancara kedua untuk mendapatkan pekerjaan dalam hidupku.  Aku masuk ke dalam ruangan sambil merasa gugup dan pergi ke arah wanita tua yang ada di meja layanan.


"Permisi… namaku Ichinose, aku telah diminta untuk melakukan wawancara kerja."


"Ya, ya, tolong tunggu sebentar."


Setelah wanita tua itu menjawab dengan sangat ringan, dia menoleh ke arahku sambil tersenyum.


"Tolong lewat sini, seseorang dari keluargamu telah tiba."


"Seseorang dari keluargaku?"


Apa yang dia katakan?  Aku sangat gugup sehingga aku akhirnya berjalan masuk ke dalam ruangan tanpa berpikir terlalu banyak.


"Permisi… …!?"


Begitu pintunya terbuka, aku terkejut dengan apa yang kulihat, dan aku meragukan mataku.


"Eita-kun, sini..."


"O-Onee-san...?"


Mengapa dia ada disini!?  Onee-san sedang duduk di depan lelaki tua yang tampaknya menjadi pewawancara, dia mengenakan blus putih dan rok hitam, rambutnya panjang dan rapi, memakai make-up ringan, dan dia memancarkan aura dengan tingkat yang lebih tinggi dari biasanya.


"Mengapa onee-san ada disini?"


Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi disini.


"Ichinose kan? Silakan kemari."


Saat aku sedang tertegun, pria yang menjafi pewawancara menyuruhku untuk duduk di sofa, bahkan tanpa mengetahui apa yang sedang terjadi, aku langsung duduk di sebelah onee-san.


'Aku akan membuatkanmu teh. Tolong tunggu sebentar."


"T-Terima kasih…"


Mengambil keuntungan dari fakta bahwa lelaki tua itu pergi, aku bertanya pada onee-san.


"Eh… kenapa onee-san kemari?”


"Aku khawatir padamu, jadi aku berpikir untuk ikut melakukan wawancara denganmu."


"Tidak, tetapi bagaimana kau bisa tahu bahwa aku akan melakukan wawancara disini?"


"Aku melihat majalah yang ada di kamarmu, dan karena ada satu yang digarisbawahi dengan tanggal dan waktunya, jadi kupikir kamu akan datang kesana."


Apa kau melihat catatan yang kubuat saat aku sedang membuat panggilan?  Namun meski begitu, dia malah datang ke tempat wawancaranya...


"Bahkan jika kamu tidak bekerja, onee-san akan selalu mendukungmu, tapi ... jika kamu masih mengatakan bahwa kamu ingin bekerja, maka aku akan mendukungmu dengan sepenuh hatiku!"


Onee-san membuat sedikit pose kemenangan dengan meletakkan kepalan tangannya di dadanya ... sepertinya aku akan mulai sakit kepala sekarang.


"Terima kasih telah menunggu, bagaimana jika kita langsung memulainya?"


Pria tua itu kembali, dan meninggalkan teh di depan kami dan duduk di sofa.


"Maaf karena aku datang bersama orang lain..."


"Tidak, tidak. Kami mengerti bahwa keluargamu mungkin akan merasa khawatir, jadi kau tidak perlu mempedulikannya."


Jika aku mengatakan bahwa dia bukan keluargaku, maka itu akan menjadi masalah, bukan?  Aku harus lulus wawancaranya sebelum mereka mengetahui tentang kesalahpahaman bahwa onee-san berasal adalah keluargaku.  Aku sangat gugup hingga aku mengeluarkam berkeringat dingin.


"Kita telah berbicara sedikit di telepon tapi ... Ichinose-san, kau masih SMA, kan?"


"Ya, saat ini aku bersekolah di SMA Yatohara."


"Jadi kau berencana untuk bekerja setelah sekolah usai?"


"Ya, kupikir aku bisa bekerja dari sore hari hingga sekitar pukul 9:00 malam."


Pewawancara membuat catatan saat kami sedang berbincang.


"Apakah kau memiliki pengalaman dalam pekerjaan lain sebelum pekerjaan ini?"


"Sekitar setahun di sebuah toserba."


Dan saat itulah dia mengatakan bahwa…


"Dia bekerja selama tiga hari dalam seminggu dari jam 5 hingga jam 10 malam. Pada hari, Sabtu dia bekerja lembur, tidak hanya menjadi kasir, tapi dia juga bertugas untuk mengantarkan produk dan pesanan komersial, membuat toiletnya dibersihkan dengan baik yang mana Itu cukup menyenangkan dan mudah digunakan, para klien wanita memiliki persepsi yang sangat baik berkat pekerjaan yang dilakukannya..."


""!!!""


Dan Onee-san mulai membicarakan tentang semua yang kulakukan … lebih tepatnya, mengapa dia bisa tahu begitu banyak detail tentangku?!


"Oh, aku mengerti…"


Senyum lelaki tua itu tampak seolah-olah dia sedikit tidak menyukainya.


"Apakah ada hal lain yang kau kuasai?"


"Mari kita lihat….  beberapa pekerjaan rumah..."


"Sebaliknya, dia serba bisa sebagai pembantu profesional, tentu saja termasuk bersih-bersih dan mencuci, dia juga sangat terampil dengan urusan dapur sehingga dia akan membuat seorang profesional melarikan diri tanpa alas kaki, bisa dibilang dia berada pada level untuk membuka restorannya sendiri sekarang.  Aku dapat berjanji kepadamu bahwa dia mampu memainkan peran aktif tidak hanya di kasir, tetapi juga di bidang lain, seperti makanan siap saji atau area ikan segar."


"T-Tunggu, onee-san!"


Tidak, tunggu, tahanlah sebentar, serius!


"Dia bertanya kepadaku, jadi berhenti menjawabnya, onee-san."


Setelah mengatakan itu, untuk beberapa alasan, onee-san mengangkat bahunya.


"Maaf ... tapi aku hanya ingin membantumu sedikit agar kamu lulus."


Aku senang dengan sentimenmu itu, tetapi kemudian, aku tidak tahu sebenarnya untuk siapa wawancara ini diadakan.


“Yah, yah. Kupikir itu luar biasa bahwa kau memiliki kualitas dalam apa yang kau kuasai."


Bagaimanapun juga, lelaki tua itu memiliki senyum pahit.


"Ngomong-ngomong…"


Dan saat itu.


"Kalian adalah saudara?  Sepertinya usia kalian sangat berbeda."


Seperti yang diharapkan, dia meragukan bahwa onee-san sebenarnya adalah kakakku.  Pertanyaan yang paling tidak ingin kudengar datang kepadaku.


"Itu…"


Saat aku sedang memikirkan cara untuk menipunya...


"Kami bukan saudara, tapi aku adalah onee-san Eita-kun."


Onee-san menjawabnya dengan ekspresi serius, dan tanpa pikir panjang aku hanya bisa meletakkan kepalaku di tanganku.  Jawaban itu, jika seseorang yang tidak mengetahui tentang situasinya mendengarnya, mala mereka tidak akan mengerti apa artinya itu, dan faktanya, lelaki tua itu memiringkan kepalanya dengan ekspresi aneh.


"Kalian bukan keluarga?"


"Kami bukan keluarga, tapi aku yang merawat Eita-kun."


Tidak ada gunanya ... aku merasa bahwa semuanya sudah berakhir.


"Maaf, tetapi kami memerlukan persetujuan orang tua atau wali sebelum kami dapat memberinya pekerjaan itu."


"Itu sebabnya, daripada orang tua, aku..."


Karena sudah sampai disini, aku menghentikan onee-san.


"Karena beberapa keadaan, sulit bagiku untuk mendapatkan persetujuan dari orang tuaku."


"Begitu ... sayang sekali tapi aku khawatir bahwa kami tidak akan bisa mempekerjakanmu jika seperti ini."


"Tidak bisakah anda mengirimkannya mereka formulir persetujuan dari orang tuaku nanti ketika aku sudah menyiapkannya?"


Ketika ditanya seperti itu, lelaki tua itu menggerakkan kepalanya ke samping.


"Begitu…"


Sudah tidak ada yang bisa kulakukan lagi, aku harus menyerah pada tempat ini …  tapi ketika aku sedang memikirkannya...


"Apa kamu tidak bisa mengusahakannya?"


Onee-san bertanya dengan tegas.


"Maaf, tapi begitulah aturannya."


Tapi tetap saja, onee-san tidak mundur.


"Jika kamu mendengarkan tentang situasinya, maka kamu pasti akan mengerti, dia adalah anak laki-laki yang berusaha untuk maju tanpa bantuan orang tuanya dan selalu berusaha untuk mandiri.  Tidak bisakah kamu menutup mata sekali ini saja untuk membantu anak ini?"


Lelaki tua itu tampak bingung saat melihat onee-san yang dengan putus asa menanyakan itu padanya.


"Kumohon…"


Dan kemudian, onee-san menundukkan kepalanya dengan tajam.


"Aku mengerti perasaanmu..."


Dan ketika dia melakukan itu, lelaki tua itu mulai berbicara dengan sedikit sedih.


"Apa yang kami butuhkan adalah tenaga kerja. Jumlah pekerja penuh waktu terus menurun dari tahun ke tahun. Pekerja yang kami miliki sudah semakin tua sedangkan pekerja paruh waktu semakin meningkat. Namun, terlepas dari fakta bahwa kami berniat untuk secara aktif merekrut murid SMA…"


Dengan kalimat terakhir itu, kupikir aku bisa memahami niat sebenarnya dari pria tua itu.


"Maaf, tapi aku tidak bisa membantunya."


Onee-san pasti sudah menyadari situasinya, bukan?  Dia tidak terlihat seperti ingin mengatakan hal lain lagi yang tidak diperlukan.


“Onee-san, tidak apa-apa."


Aku berbicara kepada onee-san dan berdiri.


"Maafkan aku karena telah mengambil waktumu yang berharga."


"Jangan khawatirkan itu, silakan kembali lagi ketika kau sudah memiliki apa yang kau butuhkan. Kami akan menerimamu pada saat itu tiba."


Aku menundukkan kepalaku dan meninggalkan tempat itu sambil membawa onee-san pulang bersamaku.


[Buku harian Onee-san]


Aku mengerti bagaimana perasaan dari si pewawancara itu, tetapi ... sepertinya sangat sulit bagi anak di bawah umur untuk mendapatkan pekerjaan. Meskipun Eita-kun memiliki keinginan untuk bekerja keras … meskipun dia tidak memiliki izin dari orang tuanya … tapi, jika mereka menyelidiki dengan baik, mereka pasti akan memiliki lebih banyak murid SMA yang tidak memiliki izin dari yang mereka kira.  Jika, aku akan memikirkan tentang masa depan Eita-kun mulai sekarang, aku mulai merasa sedikit menyesal untuknya.


Jika Eita-kun tetap bersama onee-san, maka aku tidak perlu memgkhawatirkan tentang masa depannya, tapi aku ingin mendukung Eita-kun yang mau berusaha keras.  Jadi, aku akan menyelidiki apakah aku bisa melakukan sesuatu.  Jika aku melakukan itu, maka mungkin aku akan bisa menemukan sebuah cara, bukan?!  Eita-kun seharusnya bahagia mulai dari sekarang!


Eita-kun, tunggu aku, oke…? Ehehe.