Hanya Tanganmulah Yang Meraihku [Vol 5 Chapter 10]
The Only Thing That Reached Out to Me, Who Was Broken, Was Your Hand Bahasa Indonesia
Chapter 10: Saatnya Melawan Bahkan Ketika Kamu Takut
"Kita memiliki banyak hal untuk dibicarakan di sini.”
Kataku, dan menoleh ke arah pria yang mengikutiku.
Aoshi Miyakaze. Ayah yang sebenarnya dari Kuro-senpai dan Mishiro-senpai, pria itu telah dibebaskan dari penjara setelah dipenjara selama 10 tahun.
Aku bisa mengenalinya karena aku mendengar tentang penampilannya dari Mishiro-senpai, tapi sepertinya dia benar-benar memiliki kepribadian yang pemaksa, kasar, dan temperamental.
Selama perjalanan kami menuju belakang gedung sekolah, di mana tidak ada seorang pun di sekitar, aku mendengarnya mendecakkan lidahnya dan berbicara pada dirinya sendiri dengan kesal beberapa kali.
Aku yakin bahwa orang ini tidak memiliki niat buruk untuk Kuro-senpai.
"Yah… Jadi? Bukankah kau seharusnya membawaku kepada Kuro dan Mishiro?”
"Maa, maa, tenanglah. Apa kau tidak lelah karena marah terus sepanjang waktu?”
"Ah!? Apa kau meledekku!?"
Sepertinya dia bukan orang yang bisa kuajak bicara.
Aku tidak tahu apakah hanya perasaanku saja atau karena kepribadiannya.
Namun, orang ini sepertinya masih mencari Kuro-senpai dan Mishiro-senpai.
Ini menjengkelkan, tetapi aku perlu mendapatkan lebih banyak informasi darinya.
"Apa yang akan kau lakukan pada mereka setelah kau menemuinya?"
“Huh? Bukankah sudah jelas? Untuk membiarkan mereka merawatku! Sudah tugas seorang anak untuk merawat orang tuanya. Mereka harus menghasilkan uang, belum lagi melakukan pekerjaan rumah.”
"Apa cuma itu saja?"
"Apa? Tidak, itu belum semuanya. Mereka selalu memiliki penampilan dan gaya yang bagus, dan mereka juga cukup cantik sekarang, bukan? Itu sebabnya aku membutuhkan mereka untuk menjadi partnerku malam ini.”
Dia menjilat bibir bawahnya dengan lidahnya, yang memperlihatkan wajahnya yang vulgar.
Awalnya kupikir dia ini sampah, tapi ternyata dia adalah jenis sampah terburuk.
Apakah orang seperti ini yang telah menghancurkan hati Kuro-senpai?
Ketika aku memikirkannya, aku menjadi marah.
Tanpa mempedulikan diriku, Miyakaze Aoshi melanjutkan perkataannya dengan senyum vulgar di wajahnya.
"Haha, mereka sangat menggoda! Tapi aku tidak akan menyentuh mereka dengan lembut! Karena Kurou telah menolak untuk memberiku keperawanannya! Aku juga tidak bisa memaafkan Mishiro! Dia telah memukul ayahnya sendiri di kepalanya! Itu sebabnya aku tidak akan menunjukkan belas kasihan pada mereka! Aku akan menidurinya dengan brutal, menghamili mereka, dan ketika anak mereka sudah cukup besar, aku akan meniduri mereka dan anak mereka secara bersama-sama! Haha... Hahaha…. Hahahaha!”
Pria di depanku, yang dengan sombongnya memimpikan masa depannya sendiri, sudah bukan lagi manusia.
Dia adalah bajingan yang sesungguhnya, iblis berkulit manusia.
Aku tidak berencana untuk melakukannya sejak awal, tetapi aku juga tidak berniat untuk membiarkan pria ini membawa mereka..
Inilah tempat yang kutuju. Aku tidak perlu menunjukkan belas kasihan sedikit pun padanya.
"Haha, maaf karena telah menertawakanmu seperti orang idiot. Tapi, apa kau benar-benar berpikir bahwa aku akan mendengarkan perkataanmu itu dan membawa mereka berdua kemari?"
“Haa? Apa katamu?"
"Aku bilang, mereka berdua terlalu bagus untuk sampah sepertimu. Apa kau tidak mendengarku? Dasar rendahan!”
Dengan penuh kemarahan, aku berteriak kepadanya seolah-olah untuk memprovokasinya.
Dia sangat marah sehingga dia mencengkeram dadaku, wajahnya memerah karena marah.
"Jangan belagu. Jika kau tidak ingin terluka, cepat bawa kemari mereka berdua. Kau tahu dimana mereka, bukan? Huh?"
“Haha, bahkan perkataanmu rendahan! Dasar kentang goreng kecil!”
Aku mengabaikannya dan meludahi wajahnya.
Dalam sekejap, aku merasakan sakit yang hebat di perutku dan aku terjatuh ke tanah.
“Guh…!”
Rasa sakitnya begitu kuat sehingga sulit bagiku untuk bernapas.
Aku belum pernah dipukul sejak aku dibully saat SMP, tetapi kali ini yang memukulku adalah orang dewasa.
Ada perbedaan kekuatan antara anak-anak dan orang dewasa.
Dan orang ini adalah orang yang kejam.
Aku yakin orang ini pasti tidak memiliki belas kasihan untukku.
"Sepertinya kau ingin mati, huh?”
Dia membunyikan jari-jarinya dan menatapku, tapi ini tidak sakit ataupun gatal.
Kekerasan semacam ini telah dialami oleh Kuro-senpai dan Mishiro-senpai sejak mereka masih muda.
Dibandingkan dengan rasa sakit mereka, ini masih bukan apa-apa.
“Fuhaha…Tidak akan ada yang mau melayanimu karena kau menggunakan kekerasan untuk menundukkan… Ugh!”
Meskipun aku masih sedang berbicara, tapi Aoshi Miyakaze langsung menutup jarak di antara kami dan memukulku lagi.
"Kau telah membuatku marah. Jangan berpura-pura berada di pihak keadilan! Aku berkata, bawa mereka ke sini, dasar brengsek!”
“Agh…!”
Orang ini, pasti ada yang salah di otaknya.
Aku tertawa di dalam hatiku, berpikir bahwa membicarakannya adalah pilihan yang tidak berguna. Tapi ini bagus. Karena ini———
***
[POV Kuro]
“Apa maksudmu, Mishiro-san!?”
Di sebelahku, Amano Tsugumi berteriak pada Mishiro.
Dia tidak akan kembali? Apa itu artinya dia tidak akan pulang meskipun kami sudah menyiapkan makan malam seperti ini?
Mungkinkah dia meninggalkanku?
Tidak, itu tidak mungkin.
Dia telah berjanji padaku. Bahwa dia akan melindungiku.
Dia adalah pria yang berintegritas. Dia tidak akan pernah berbohong padaku.
Lalu, apa-apaan kontradiksi ini?
“Mishiro?”
Ketika aku melihat wajah Mishiro, aku melihat ekspresi canggung di wajahnya.
Dia selalu tersenyum, tapi jarang untuk melihat wajahnya yang seperti ini.
Sesuatu pasti telah terjadi. Sesuatu pasti telah terjadi padanya.
Intuisiku mengatakan demikian.
"Apa yang terjadi padanya?!"
“Kuro… Ara, ara, kamu sangat marah… ini tidak seperti dirimu saja? Kamu memiliki wajah yang cantik sepertiku, tapi kamu malah menghancurkannya sekarang.”
"Jangan berpura-pura bodoh."
“——!”
Bukan hanya Mishiro, tapi Tsugumi Amano juga terkejut.
Aku juga terkejut pada diriku sendiri. Aku tidak menyangka bahwa aku bisa membuat suara yang begitu rendah.
Tapi tetap saja, aku tidak tahan untuk tidak menanyakannya.
Tidak peduli berapa banyak dia mencoba menipuku, tidak mungkin aku, yang telah menjadi saudara kembarnya selama bertahun-tahun, akan melewatkan agitasi Mishiro.
Ketika dia melihat ini, Mishiro menghela nafas pasrah.
"Aku mengerti…. Mari kita bicarakan. Tidak, awalnya aku memang datang ke sini dengan niat seperti itu."
"Apa maksudmu?"
***
Aku terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan Mishiro.
Dia mengatakan bahwa dia telah mendapatkan informasi bahwa ayahku akan dibebaskan dari penjara hari ini dan dia ingin mendekati kami, dan juga fakta bahwa dia telah membagikan informasi itu dengan dirinya.
Dan dia ingin menyelesaikannya sendiri, tanpa melibatkan kami.
Aku tidak ingat pernah memintanya melakukan itu. Itu semua adalah keputusannya sendiri.
Dia tidak tahu betapa kasarnya pria itu.
Jika kau mengatakan bahkan satu kata saja untuk membuatnya kesal, maka dia tidak akan ragu untuk menggunakan kekerasan, dan dalam kasus terburuk, dia mungkin akan membunuhmu.
"Sialan…! Dimana dia!? Kita harus menemukannya dan melindunginya sekarang…!”
Setelah mendengar apa yang dikatakan Mishiro dan mengetahui tentang sisi kejam pria itu, Amano Tsugumi menjadi pucat dan menanyai Mishiro.
Tapi untuk beberapa alasan, Mishiro tutup mulut.
Apakah dia tidak mengkhawatirkannya?
Apakah dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi padanya?
Aku merasa jijik pada Mishiro.
“…?”
Pada saat itu, Mishiro menatap wajahku.
Mengapa dia menatapku dalam situasi yang mendesak ini? Apakah dia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepadaku?
'Aah, jadi begitu....'
Pada saat itu, aku tiba-tiba menyadarinya.
Itu bukan karena dia ingin mengatakan sesuatu padaku, tapi itu karena dia ingin aku mengatakan sesuatu padanya.
Aku tahu apa itu.
Tapi aku takut. Aku benar-benar takut. Tubuhku gemetar ketakutan. Aku mencoba untuk membuka mulutku, tetapi kata-kata itu tidak mau keluar.
Aku sangat takut, aku ingin pergi dan menolongnya, tetapi kakiku gemetar dan aku bahkan tidak bisa melangkah dari tempatku.
Ah... Lagipula, aku adalah orang yang tidak berguna.
"Apa kamu ingin melarikan diri lagi?"
“——”
Di tengah pikiranku yang gelap dan buruk, aku melihat Mishiro yang sedang menatap wajahku.
Aku tahu tatapan itu.
Dia biasanya tidak marah, tetapi tatapannya itu benar-benar menunjukkan bahwa dia sedang marah.
“Melarikan diri seperti itu, ketakutan dan menyesalinya…. Apa kamu puas dengan semua itu?”
"Tentu saja tidak…."
"Kamu tidak keberatan jika dia menghilang dari hidupmu?"
“….”
Aku ingin mengatakan sesuatu untuk membalasnya. 'Apa maksudmu, kamu sendiri tidak membantunya sekarang?'
Tapi kata-katanya itu terus bergema di otakku dan menyelaku.
'Dia akan menghilang dari hidupku?'
Aku tidak pernah membayangkannya.
Apa yang akan terjadi jika dia menghilang dari hidupku?
Satu-satunya orang yang bisa kupercaya dengan sepenuh hati, tidak akan bersamaku lagi karena diriku sendiri.
'Aku benci itu!' Itulah satu-satunya hal yang tidak aku inginkan untuk terjadi!
Orang pertama yang kubagikan kisahku, orang pertama yang aku bersumpah untuk kulindungi.
Orang pertama yang benar-benar membuatku merasa damai ketika bersamanya.
Aku tidak mampu untuk membayangkan orang seperti itu akan pergi dari dalam hidupku.
Aku tidak ingin melihat kenyataan di mana dia akan mati karena pria itu.
Aku tidak tahu untuk apa aku merasa ragu!
Aku sudah memutuskan untuk melindunginya, bukan?
Aku juga bersumpah untuk mempercayainya, bukan?
Bukankah aku telah berbisik padanya bahwa aku mencintainya?
Lalu, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan, bukan?
Takut itu wajar. Yah, takut itu wajar.
Tapi ketika dia maju selangkah—aku juga harus maju selangkah.
Tentukan keputusanmu——Uchikukan Kuro!
"Mishiro, katakan padaku. Dimana dia?"
Dugaanku benar, dan Mishiro tersenyum padaku.